kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penelitian anyar: Vaksin efektif mengurangi risiko tertular virus corona hingga 85%


Rabu, 24 Februari 2021 / 02:30 WIB
Penelitian anyar: Vaksin efektif mengurangi risiko tertular virus corona hingga 85%

Sumber: Al Jazeera | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - LONDON. Data dari dua penelitian terpisah di Inggris dan Skotlandia menunjukkan, vaksin Covid-19 efektif dalam mengurangi penularan virus corona baru dan rawat inap mulai dari dosis pertama.

Analisis dari Public Health England (PHE) yang terbit Senin (22/2) menyebutkan, vaksin buatan Pfizer-BioNTech mengurangi risiko tertular virus corona lebih dari 70% setelah dosis pertama. Risiko itu berkurang 85% pasca dosis kedua.

“Secara keseluruhan, kami melihat efek yang sangat kuat untuk mengurangi infeksi apa pun, tanpa gejala dan dengan gejala,” kata Strategic Response Director PHE Susan Hopkins dalam konferensi pers, seperti dikutip Al Jazeera.

Dalam sebuah pernyataan yang di-posting di media sosial, Menteri Kesehatan dan Perawatan Sosial Inggris Matt Hancock menyambut baik perkembangan tersebut, dan menyebutnya sebagai "berita yang sangat baik".

“Ini menunjukkan, vaksin bekerja dan itu menunjukkan vaksin menyelamatkan nyawa,” ujarnya, seperti dilansir Al Jazeera.

Baca Juga: Terendah sejak Oktober, kasus virus corona global lanjutkan tren penurunan

Studi PHE juga memperlihatkan, rawat inap dan kematian akibat virus corona berkurang lebih dari 75% setelah program vaksinnasi Pfizer-BioNTech.

Inggris adalah salah satu negara yang paling terpukul di dunia oleh pandemi Covid-19, dengan hampir 121.000 kematian, menurut data dari Universitas Johns Hopkins, Amerika Serikat.

Negeri Ratu Elizabeth II adalah negara pertama yang memulai vaksinasi massal pada Desember lalu. Sejauh ini, lebih dari 17 juta orang atau sepertiga dari populasi orang dewasa Inggris, telah menerima setidaknya dosis pertama.

“Kami akan melihat lebih banyak data selama beberapa minggu dan bulan mendatang, tetapi kami harus sangat terdorong oleh temuan awal ini,” kata Dr Mary Ramsay, Kepala Imunisasi PHE.

Menurunkan jumlah pasien yang dirawat

Sementara penelitian di Skotlandia menunjukkan, vaksin Pfizer-BioNTech dan Oxford-AstraZeneca menurunkan jumlah pasien yang dirawat di rumahsakit setelah pemberian dosis pertama.

Baca Juga: Direktur WHO Eropa menyebut pandemi corona akan berakhir awal 2022

Studi yang dipimpin oleh University of Edinburgh menemukan, pada minggu keempat setelah menerima dosis awal, vaksin Pfizer mengurangi risiko rawat inap akibat Covid-19 hingga 85%. Sedang vaksin Oxford-AstraZeneca mengurangi risiko hingga 94%.

“Hasil ini sangat menggembirakan dan memberi kami alasan yang bagus buat optimistis untuk masa depan,” ujar Dr Aziz Sheikh, yang memimpin penelitian tersebut, dalam sebuah pernyataan yang dikutip Al Jazeera.

“Kami sekarang memiliki bukti nasional, di seluruh negara, bahwa vaksinasi memberikan perlindungan terhadap rawat inap Covid-19," katanya.

“Pemberian dosis vaksin yang pertama sekarang perlu dipercepat secara global untuk membantu mengatasi penyakit mengerikan ini,” tambah dia.

Baca Juga: Pada hari ulang tahunnya, Kaisar Jepang berharap pandemi virus corona segera berakhir

Penelitian tersebut membandingkan hasil dari mereka yang menerima suntikan pertama dengan yang tidak.

Proyek itu, yang menggunakan data pasien untuk melacak pandemi dan peluncuran vaksin secara real-time, menganalisis kumpulan data yang mencakup seluruh populasi Skotlandia berjumlah 5,4 juta jiwa antara 8 Desember dan 15 Februari.

Sekitar 1,14 juta vaksin diberikan kepada 21% penduduk Skotlandia selama periode tersebut. Sekitar 650.000 orang mendapat vaksin Pfizer-BioNTech, sementara 490.000 memperoleh vaksin Oxford-AstraZeneca.

Ini adalah penelitian pertama yang menggambarkan efek vaksinasi dalam mencegah penyakit parah yang mengakibatkan rawat inap di Skotlandia.

Selanjutnya: Alarm berbunyi kencang di AS saat angka kematian Covid-19 melampaui 500.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×