Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu peningkatan daya saing industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional, salah satunya dengan berupaya mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku tekstil impor. Langkah yang dilakukan antara lain dengan mendorong pengembangan bahan baku tekstil yang berbasis serat sintetis.
Bahan baku tekstil berbasis serat sintetis punya banyak keunggulan, antara lain memiliki durabilitas tinggi serta dapat direkayasa dengan menanamkan sifat dan fungsi khusus yang menunjang performa produk tekstil.
“Sifat ini dapat dikatakan abadi karena ditanamkan langsung pada bahan baku serat sintetis tersebut,” ujar Plt. Kepala Balai Besar Tekstil (BBT) Kemenperin Wibowo Dwi Hartoto dalam siaran pers di situs Kemenperin, Jumat (19/3).
Baca Juga: AMDK galon Sariguna Primatira (CLEO) laris manis di masa pandemi
Ia menuturkan, sebagai upaya mendampingi para pelaku industri TPT dalam mengembangkan material tekstil berbasis serat sintetis, BBT Kemenperin menyediakan fasilitas berupa testbed ekonomis. Fasilitas tersebut diharapkan mampu mengembangkan produk-produk tekstil fungsional. Para pelaku industri TPT di tanah air diharapkan bisa memanfaatkan fasilitas tersebut.
“Fasilitas testbed pengembangan tekstil fungsional dilengkapi melt spinning skala laboratorium dengan teknologi terbaru. Fasilitas tersebut memiliki kemampuan untuk mengolah berbagai jenis polimer menjadi benang filamen,” jelasnya.
Polimer yang dimaksud antara lain standard polymers, engineering polymers, high temperature polymers, corrosive, and aggressive polymers, dan bio sustainable and biomedical polymers.
Fasilitas testbed tersebut memungkinkan industri melakukan pengembangan produk secara ekonomis, karena hanya membutuhkan sedikit bahan baku, mulai dari 0,5 kg hingga 2 kg untuk bereksperimen yang akan menghasilkan formula berbagai varian benang filamen, baik untuk kebutuhan sandang atau functional apparel maupun technical textile.
Selain itu, pengembangan produk functional apparel didukung melalui kemampuan color matching dan penyematan fungsi khusus pada serat seperti anti bakteri, anti api, atau pembuatan benang yang menunjang faktor kenyamanan seperti pengatur suhu (thermo-regulator), quick dry, anti kusut, dan sebagainya.
Baca Juga: Bantah rumor terseret merger Gojek-Tokopedia, Blue Bird (BIRD) fokus pada bisnis
“Sedangkan untuk technical textile, potensi produk tekstil sebagai bahan baku material bagi sektor-sektor lain seperti bidang penerbangan, kesehatan (biomedis), otomotif, pertanian, konstruksi, dan sebagainya,” lanjut dia.
Pemerintah optimis fasilitas testbed untuk pengembangan tekstil fungsional akan turut mendorong upaya kemandirian bahan baku tekstil nasional, karena sudah didukung oleh ekosistem industri TPT di sektor hulu. Menurutnya, di tanah air sudah ada industri polimerisasi chip sebagai bahan baku benang filamen hingga industri pemintalan serat filamen dengan teknologi melt spinning.
Data Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (Apsyfi) mencatat, ada 8 perusahaan polimerisasi chip poliester, 12 perusahaan produsen benang filamen jenis poliester, 4 perusahaan produsen benang filamen jenis nylon, dan 4 perusahaan produsen benang viscose.
“Salah satu kendala yang dialami sektor ini adalah belum optimalnya kegiatan pengembangan produk karena faktor sumber daya manusia dan fasilitas laboratorium research and development yang belum memadai,” paparnya.
Selanjutnya: Armada Berjaya (JAYA) targetkan pendapatan tumbuh hingga 20% di 2021, ini strateginya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News