Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Amerika Serikat (AS) dan negara maju di kawasan Eropa dan Asia berencana melepaskan cadangan minyak ke pasar. Aksi tersebut bertujuan untuk menurunkan harga minyak yang melambung.
Namun, analis memproyeksikan jumlah cadangan minyak negara-negara tersebut belum akan cukup membuat harga minyak turun dalam waktu panjang.
Mengutip Bloomberg, Rabu (24/11), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) di pasar Nymex masih naik 0,42% ke US$ 78,83 per barel.
Research and Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudi mengatakan rencana pelepasan cadangan minyak AS dan negara lainnya dilakukan untuk menahan laju kenaikan harga minyak dunia yang sempat melonjak ke US$ 85 per barel.
Baca Juga: Permintaan dan harga komoditas melonjak, kinerja emiten pelayaran ikut terkerek
"Kenaikan harga minyak terjadi karena kekhawatiran atas kekurangan batubara dan gas di China, India, dan Eropa yang mendorong peralihan bahan bakar ke solar dan bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik," kata Nanang, Rabu (24/11).
Sementara, permintaan bahan bakar meningkat, pasokan global justru mengetat. Nanang menjelaskan pelepasan cadangan minyak dari AS, Jepang, Inggris, China, Korea Selatan dan India hendak dilakukan di Desember, untuk memerangi harga energi yang tinggi jelang musim libur akhir tahun.
"Langkah pelepasan cadangan minyak merupakan respon atas harga minyak yang telah mengganggu konsumen dan menambah beban inflasi selama periode pemulihan ekonomi," kata Nanang.
Departemen Energi AS melaporkan akan melepas cadangan darurat minyak hingga 50 juta barel. Pelepasan tersebut jadi yang terbesar dalam sejarah AS. Keputusan AS tersebut diperkirakan akan diikuti oleh 5 negara utama lain yang siap melepaskan cadangan minyak mereka.
Baca Juga: Mitigasi kurs dan harga, eksportir rumput laut dapat manfaatkan resi gudang
Namun, Nanang mengatakan melepaskan cadangan minyak strategis kemungkinan tidak akan cukup untuk membuat harga minyak mentah tetap berada di level rendah dalam jangka panjang.
Sementara itu, kenaikan harga minyak dalam waktu dekat ini, Nanang amati terjadi karena faktor teknikal setelah harga minyak dunia sempat jatuh ke level US$ 75 per barel.