kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pelaku usaha sambut positif fasilitas GSP dari AS


Senin, 02 November 2020 / 06:20 WIB
Pelaku usaha sambut positif fasilitas GSP dari AS

Reporter: Agung Hidayat | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perpanjangan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) dari Amerika Serikat (AS) kepada Indonesia telah resmi diputuskan. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan keputusan ini diambil AS melalui United States Trade Representative (USTR) pada hari Sabtu kemarin (30/10).

Keputusan ini diambil setelah USTR melakukan review terhadap fasilitas GSP untuk Indonesia selama kurang lebih 2,5 tahun sejak Maret 2018.

GSP merupakan fasilitas perdagangan berupa pembebasan tarif bea masuk yang diberikan secara unilateral oleh Pemerintah Amerika Serikat kepada negara-negara berkembang di dunia sejak tahun 1974.

Indonesia pertama kali mendapatkan fasilitas GSP dari AS pada tahun 1980. Adapun beberapa produk yang mendapatkan fasilitas tersebut seperti furnitur dan tekstil.

Menanggapi hal tersebut, Wendy Chandra, Corporate Secretary and Head of Investor Relations PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) mengatakan hal tersebut akan sangat membantu produk furnitur dari Indonesia.

Untuk bisa lebih kompetitif dibanding negara-negara pesaing yang juga memasuki pasar AS. "Per semester 1, penjualan kami ke pasar AS mencapai 75% dari total penjualan perseroan," sebut Wendy kepada Kontan.co.id, Jumat (30/10).

Baca Juga: Setelah 2,5 tahun negosiasi, AS akhirnya perpanjang fasilitas GSP untuk Indonesia

Wendy juga melihat di tahun 2021 nantinya, permintaan dari pasar AS masih akan terus bertumbuh karena produk furnitur dari China yang dikenakan tarif perang dagang, tarif antidumping dan tarif antisubsidi yang menyebabkan produk china menjadi tidak kompetitif.

"Selain itu salah satu negara eksportir terbesar ke pasar AS, Vietnam sedang di investigasi oleh AS terkait penggunaan kayu ilegal dan mata uang yang undervalued, di mana hal ini apabila terbukti, Vietnam berpotensi dikenakan tarif," katanya.

Selain itu, PT Pan Brothers Tbk (PBRX) juga diketahui mengekspor produk garmen dalam jumlah besar ke benua Amerika, di mana pada kuartal ketiga tahun ini jumlah ekspor ke daerah tersebut mencapai 30% atau sekitar US$ 158,48 juta. Tak hanya garmen, PBRX juga memperluas penjualan pakaian alat pelindung diri (APD) medis ke luar negeri.

Wakil Direktur Utama Pan Brothers Anne Patricia Sutanto mengungkapkan, untuk dapat menjual produknya ke negara-negara lain, Pan Brothers juga perlu mendaftarkan diri untuk memperoleh lisensi ekspor APD yang mana saat ini sudah disetujui.

Anne mengatakan, peminat produk APD Pan Brothers ini berasal dari berbagai negara. "Akan tetapi, kami melihat yang paling utama adalah Amerika Serikat (AS), Kanada, Timur Tengah, Prancis, Italia, dan Spanyol," ujarnya.

Baca Juga: Fasilitas GSP diperpanjang, begini dampaknya ke penjualan SLJ Global (SULI)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×