Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan
"Ini menjadi alasan kuat untuk pemantauan ketat terhadap pasien COVID-19 yang pulih, terutama mereka yang sudah memiliki kondisi kardiovaskular, seperti hipertensi dan diabetes, yang telah melemahkan pembuluh darah," ujar dia, seperti dilansir Channel News Asia.
Para ilmuwan NTU menemukan, pasien COVID-19 yang pulih memiliki dua kali jumlah normal sel endotel yang bersirkulasi (KTK) yang dilepaskan dari dinding pembuluh darah yang rusak.
Peningkatan kadar KTK menunjukkan, cedera pembuluh darah masih terlihat setelah sembuh dari infeksi virus.
Pasien COVID-19 yang pulih terus memproduksi sitokin tingkat tinggi, protein yang diproduksi oleh sel kekebalan yang mengaktifkan respons kekebalan terhadap patogen, bahkan saat virus corona tidak ada.
Baca Juga: Masker yang harus dipakai dan dihindari untuk cegah virus corona yang terus bermutasi
"Jumlah sel kekebalan yang luar biasa tinggi, yang dikenal sebagai sel T, yang menyerang dan menghancurkan virus juga hadir dalam darah pasien COVID-19 yang pulih," kata NTU.
Kehadiran sitokin dan tingkat sel kekebalan yang lebih tinggi menunjukkan sistem kekebalan pasien COVID-19 yang pulih tetap aktif bahkan, setelah virus corona hilang dari pasien.
"Respons kekebalan yang terus-menerus diaktifkan ini dapat menyerang pembuluh darah pasien COVID-19 yang pulih, menyebabkan lebih banyak kerusakan dan meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah lebih lanjut," imbuh NTU.
Selanjutnya: WHO: Pandemi virus corona masih jauh dari selesai
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News