kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.484   50,00   0,32%
  • IDX 7.736   0,93   0,01%
  • KOMPAS100 1.201   -0,35   -0,03%
  • LQ45 958   -0,50   -0,05%
  • ISSI 233   0,21   0,09%
  • IDX30 492   -0,18   -0,04%
  • IDXHIDIV20 591   0,64   0,11%
  • IDX80 137   0,04   0,03%
  • IDXV30 143   0,27   0,19%
  • IDXQ30 164   0,00   0,00%

Militer AS Titahkan 2.000 Personel Bersiap Ditempatkan di Timur Tengah


Rabu, 18 Oktober 2023 / 11:17 WIB
Militer AS Titahkan 2.000 Personel Bersiap Ditempatkan di Timur Tengah
ILUSTRASI. Pada Selasa (17/10/2023), militer AS memerintahkan 2.000 personelnya untuk bersiap ditempatkan di Timur Tengah. REUTERS/Lukas Barth

Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pada Selasa (17/10/2023), militer AS memerintahkan 2.000 personelnya untuk bersiap ditempatkan di Timur Tengah. Langkah ini dilakukan sebagai unjuk kekuatan di tengah meningkatnya konflik antara Israel dan Hamas di Gaza.

Melansir AFP, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan pengerahan tersebut akan memungkinkan Amerika Serikat merespons lebih cepat terhadap krisis yang terjadi. Sementara, Gedung Putih menekankan pihaknya tidak bermaksud untuk menempatkan pasukan tempur AS di lapangan.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan mempersiapkan pasukan untuk dikerahkan sebenarnya adalah mengirimkan sinyal pencegahan.

“Kami tidak ingin konflik ini meningkat dan meluas. Tidak ada rencana atau niat untuk menempatkan pasukan AS dalam pertempuran di Israel," kata Kirby kepada CNN.

Pengerahan personel militer ini dilakukan ketika Presiden AS Joe Biden mengunjungi Israel pada hari Rabu untuk menggarisbawahi dukungan Washington terhadap sekutu dekatnya.

Namun Biden juga berharap untuk mencegah meningkatnya perang di Gaza agar tidak meluas ke konflik Timur Tengah yang lebih luas.

Baca Juga: WHO Mengecam Serangan Israel Terhadap Rumah Sakit di Gaza

Kirby menilai, sejauh ini, Gedung Putih belum melihat tanda-tanda keterlibatan Iran yang lebih mendalam dalam konflik tersebut.

“Di luar retorika… tidak, kami belum melakukannya,” katanya.

Israel menyatakan perang terhadap Hamas setelah para pejuang kelompok Islam tersebut menerobos perbatasan Gaza yang dijaga ketat pada tanggal 7 Oktober, menewaskan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar adalah warga sipil, dan menyandera sedikitnya 199 orang.

Israel membalasnya dengan serangan udara yang telah menewaskan lebih dari 2.700 orang, sebagian besar warga sipil, serta melakukan pengepungan yang melumpuhkan Gaza, dan mengerahkan puluhan ribu tentara ke perbatasan sebagai persiapan serangan darat.

Baca Juga: Ini Reaksi Dunia Terkait Ledakan Rumah Sakit di Gaza yang Menewaskan Ratusan Orang

"Amerika Serikat telah mengerahkan dua kapal induk ke wilayah tersebut untuk mencegah tindakan permusuhan terhadap Israel," kata Austin pekan lalu.

Media AS melaporkan pasukan yang disiapkan untuk dikerahkan akan mencakup peran pendukung, seperti bantuan medis dan penanganan bahan peledak.

Mengerahkan dua kapal induk

Sejak serangan terhadap Israel, Pentagon telah mengerahkan dua kapal induk dan kapal pendukungnya ke Mediterania timur.

Menurut Reuters, kapal-kapal tersebut dimaksudkan untuk mencegah konflik agar tidak meluas. 

Namun, kapal induk AS membawa kekuatan yang signifikan ke wilayah Timur Tengah, di mana mereka membawa banyak kapal, pesawat, dan pasukan militer AS.

Ada dua kapal induk yang dikerahkan AS. Pertama adalah kapal utama Ford.

Awal pekan lalu, kapal induk Gerald R. Ford dan kapal pendukungnya tiba di Mediterania timur. Dengan mengangkut lebih dari 5.000 pelaut, Ford, yang ditugaskan pada tahun 2017, adalah kapal induk terbesar di dunia dan terbaru di Amerika Serikat. 

Kapal induk dengan reaktor nuklir ini dapat menampung lebih dari 75 pesawat militer, termasuk pesawat tempur F-18 Super Hornet dan E-2 Hawkeye, yang berfungsi sebagai sistem peringatan dini.

Baca Juga: 500 Warga Palestina Tewas Akibat Ledakan Rumah Sakit di Gaza, Tepi Barat Memanas

Sedangkan kapal induk yang kedua adalah kapal induk Eisenhower. Kapal induk bertenaga nuklir, yang ditugaskan pada tahun 1977, pertama kali beroperasi saat Irak menyerang Kuwait. 

Kapal induk, yang juga disebut sebagai "Ike", memiliki 5.000 pelaut dan dapat menampung hingga sembilan skuadron pesawat, termasuk pesawat tempur, helikopter, dan pesawat yang dapat melakukan operasi intelijen, pengawasan, dan pengintaian. 

Kapal induk Ike, seperti halnya Ford, akan ditemani oleh kapal lain, seperti kapal penjelajah berpeluru kendali Philippine Sea, kapal perusak berpeluru kendali Gravely, dan kapal perusak berpeluru kendali Mason.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

×