Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Tendi Mahadi
Keempat, kampanye hitam mengenai produk-produk berbasis sawit, beberapa kampanye seperti deforestasi, penyalahgunaan hutan yang masif, pengurangan habitat orang utan, berkurangnya oksigen yang dihasilkan hutan di Indonesia, penyerapan air yang tinggi dari pohon sawit, serta masalah kesehatan yang dapat disebabkan oleh konsumsi minyak sawit.
Semuanya dapat menurunkan konsumsi sawit di sejumlah negara.
Baca Juga: Harga CPO naik, simak rekomendasi analis untuk saham-saham emiten CPO
Kelima, sulitnya masuk ke negara-negara Eropa, Uni Eropa, yang merupakan salah satu konsumen minyak sawit terbesar, menerapkan Renewable Energy Directive (RED) II yang akan mengurangi penggunaan biodiesel berbasis sawit secara bertahap hingga 0% pada 2030.
Selain itu, otoritas keamanan makanan di Eropa, EFSA, menetapkan bahwa kandungan maksimal 3-MCPDE (satu jenis karsinogen) yang diperbolehkan di produk-produk yang masuk ke pasar Uni Eropa sebesar 2.5 ppm.
“Aturan ini akan mempersulit minyak goreng sawit untuk masuk ke pasar Uni Eropa, karena kandungan 3-MCPDE dalam sawit biasanya di atas 3 ppm,” ujar Yosua.
Selanjutnya: Pendapatan Indika Energy (INDY) tertekan pada kuartal I, ini penyebabnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News