kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45922,10   12,79   1.41%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengurangi potensi bahaya nuklir, AS bidik kontrol senjata bersama dengan China


Kamis, 04 Februari 2021 / 19:40 WIB
Mengurangi potensi bahaya nuklir, AS bidik kontrol senjata bersama dengan China

Sumber: Kyodo | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

New START membatasi kedua negara untuk tidak memiliki lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir dan tidak lebih dari 800 peluncur rudal balistik antarbenua. Kesepakatan juga mengatur jumlah peluncur rudal balistik yang diluncurkan kapal selam serta pembom berat yang dilengkapi untuk persenjataan nuklir.

Perjanjian tersebut mulai berlaku pada Februari 2011 untuk jangka waktu 10 tahun dan berakhir 5 Februari 2021. Saat disepakati untuk yang pertama kali, baik AS maupun Rusia sepakat untuk memperpanjangnya untuk jangka waktu tidak lebih dari lima tahun.

Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya telah menyetujui perpanjangan tersebut selama pembicaraan telepon pertama mereka setelah Biden menjabat pada 20 Januari.

Selama bertahun-tahun, New START telah menjadi satu-satunya perjanjian kendali senjata antara dua negara adidaya nuklir dunia. Terlebih, setelah Trump menarik diri Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty yang berlaku sejak 1987 karena menilai ada pelanggaran yang dilakukan oleh Rusia.

Selanjutnya: Korea Selatan siap perkuat aliansi dengan AS di bawah kepemimpinan Biden

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

×