Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
Adapun, saat ini stok BBM masih berada dalam kondisi aman. Selain itu, Pertamina tercatat memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku maupun BBM.
Tutuka melanjutkan, dampak lain dari kenaikan harga minyak yakni potensi anggaran subsidi bakal ikut membengkak.
"Terus terang saja kalau sudah mendekati US$ 100 an ini perlu sangat hati-hati. Dari segi penerimaan memang bertambah tapi dari segi pengeluaran dalam hal ini subsidi BBM dan LPG juga jadi sangat besar dan ini yang perlu kita hitung dengan cermat," ungkap Tutuka.
Di sisi lain, industri batubara dalam negeri juga berpotensi terpengaruh ketegangan Rusia-Ukraina.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengungkapkan, pasar ekspor berpotensi tidak mengalami gangguan pasalnya 98% ekspor batubara Indonesia menyasar negara-negara Asia Pasifik.
Baca Juga: Rusia Gempur Ukraina, Bursa Saham Eropa dan Global Serentak Melorot
Di sisi lain, Rusia juga tercatat sebagai salah satu eksportir batubara terbesar di dunia.
"Jika ekspor Rusia ke beberapa negara seperti Tiongkok, Jepang, Taiwan terhambat maka ada kemungkinan adanya tambahan permintaan dari negara-negara tersebut," kata Hendra kepada Kontan, Kamis (24/2).
Hendra melanjutkan, negara lain seperti Australia juga memiliki peluang untuk menutup celah pasar tersebut.
Mengutip Statista, Rusia tercatat menguasai 18% pasar ekspor batubara global. Volume ekspor batubara Rusia pada tahun 2020 mencapai 198 juta ton dengan nilai mencapai US$ 12,4 miliar.
Ekspor batubara ke China pada tahun 2020 mencapai 29 juta ton, Korea Selatan sebesar 23 juta ton. Adapun, merujuk data Kementerian Energi Rusia ekspor batubara sepanjang 2021 mencapai 211,68 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News