Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Qin adalah salah satu pejabat paling tinggi di partai yang telah absen selama ini.
Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri mengumumkan bahwa dia tidak akan menghadiri pertemuan diplomatik di Indonesia dengan alasan kesehatan. Akan tetapi, kalimat itu tidak dicantumkan dalam transkrip resmi di situs kementerian.
Pendahulu Qin, direktur Kantor Komisi Urusan Luar Negeri Komite Sentral Partai Komunis China Wang Yi, malah pergi menghadiri pertemuan itu.
Pembicaraan antara menteri luar negeri dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell kemudian juga diundur dua minggu lalu, karena China memberi tahu Uni Eropa bahwa tanggal pertemuannya tidak mungkin lagi dilakukan, tetapi tanpa penjelasan mengapa.
Uni Eropa diberitahu tentang penundaan itu hanya dua hari sebelum jadwal kedatangan Borrell di Beijing, kata seorang sumber kepada Reuters.
Baca Juga: Menlu China Menghilang 3 Minggu dari Publik, Ini Spekulasi yang Berkembang
Pada hari Senin, Qin sekali lagi menghilang dari pertemuan Presiden Xi dengan mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Rekaman media pemerintah China menunjukkan Wang Yi dan beberapa pejabat senior lainnya dari kementerian luar negeri hadir.
Kekosongan informasi ini hanya meningkatkan spekulasi yang beredar.
Dalam tujuh hari terakhir, mesin pencari terbesar di China, Baidu, mengalami peningkatan drastis dalam pencarian nama Qin.
Menurut Indeks Baidu, penelusuran untuk "Qin Gang" telah meningkat lebih dari 5.000% dalam seminggu, dan namanya dicari jauh lebih banyak daripada beberapa selebritas Tiongkok yang paling terkenal.
Salah satu teori yang paling banyak dibagikan secara online adalah bahwa Qin sedang diselidiki atas dugaan perselingkuhan. Ketika ditanya tentang rumor tersebut pada hari Senin, Mao berkata: "Saya tidak tahu tentang masalah ini."
Bisa ditebak, penjelasan ini tidak berdampak apa pun untuk menenangkan spekulasi.
Baca Juga: Ribuan Orang Tewas, Filipina: Penyelidikan Atas Perang Narkoba Duterte Bakal Adil
"Orang-orang tertarik dengan ceritanya karena mereka ingin tahu tentang rahasia apa pun yang ada di dalam kotak hitam," kata Wu Qiang, seorang komentator politik China yang berbasis di Beijing.
Dia menambahkan, "Hilangnya dia menyoroti kerapuhan sistem diplomasi China dan sistem pengambilan keputusan tingkat tinggi."