Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Melansir Asian News Network, pada Januari 2023, Menteri Keamanan Nasional Israel memberikan wewenang kepada polisi untuk menyita bendera Palestina. Ada upaya untuk mengubah hal ini menjadi undang-undang. Tetapi sebelum hal itu bisa terwujud, pemerintah mengalami kolaps.
Pada bulan Juni, Zazim, sebuah organisasi komunitas Arab-Israel, meluncurkan kampanye untuk memprotes penangkapan dan penyitaan bendera. Gambar semangka terpampang di 16 taksi yang beroperasi di Tel Aviv, dengan teks yang menyertainya: “Ini bukan bendera Palestina.”
Amal Saad, warga Palestina dari Haifa yang bekerja pada kampanye Zazim, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka memiliki pesan yang jelas: “Jika Anda ingin menghentikan kami, kami akan mencari cara lain untuk mengekspresikan diri.”
Sejak invasi dimulai, banyak penulis, aktivis, jurnalis, pembuat film, dan pengguna biasa di seluruh dunia telah melaporkan bahwa postingan sosial yang berisi tagar seperti “Bebaskan Palestina” atau “Saya Mendukung Palestina” menerima perbedaan perlakuan dibandingkan postingan mereka yang lain.
Mereka yakin pesan-pesan mereka yang menyatakan dukungan terhadap warga sipil Palestina yang dibunuh oleh pasukan Israel dilarang oleh platform media sosial.
Baca Juga: Pengguna Internet China Tak Temukan Lagi Nama Israel di Peta
Larangan lain yang juga menghantui adalah ketika platform media sosial secara aktif menyensor akun atau mengurangi jangkauan postingan dan konten tertentu.
Untuk mengatasi blokade informasi X ini, pengguna Instagram dan Facebook sudah mulai menggunakan emoji semangka di nama pengguna, cerita, dan postingan mereka yang menggantikan Palestina.
Sara Jamil, dosen Indus Valley School dan desainer grafis, mengalami hal serupa. “Akun Instagram saya terus terkena shadowban, yang membuat saya marah dan frustrasi,” katanya.
Dalam upayanya melakukan sesuatu, Jamil membuat karya seni seputar simbol perlawanan dan mempostingnya di Instagram. Tidak mengherankan, itu mendapat ribuan penayangan.
Baca Juga: Paus Fransiskus: Yang Dibutuhkan Israel dan Palestina adalah Solusi Dua Negara
“Orang-orang akan selalu menemukan cara untuk mengekspresikan diri. Sejauh ini, mereka tidak bisa berbuat banyak. Oleh karena itu, mereka menghubungkan masalah ini melalui tindakan kecil seperti ini,” tambah sang desainer.
Media sosial adalah medan pertempuran saat ini, dengan banyak orang yang mencoba memperjuangkan Palestina secara online.
Lewat gerakan tersebut, mereka mencoba menyebarkan kesadaran dan menjaga gerakan ini tetap hidup dengan cara terbaik. Salah satunya dengan mengadopsi semangka sebagai simbol harapan bagi Palestina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News