Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
Sementara itu, pengamat telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Joseph Matheus Edward berpendapat, maraknya perusahaan-perusahaan asing yang menjadi investor AKAB merupakan cerminan betapa kuatnya posisi finansial mereka. Alhasil, perusahaan asing itu lebih dapat leluasa mengucurkan dananya ke AKAB selaku startup ekonomi digital.
“Mereka memiliki tim risk management yang kuat, sehingga sudah mempertimbangkan kemungkinan risiko yang ada dan menjadikannya sebagai peluang,” ujar dia, Selasa (8/6).
Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif ICT Institute sekaligus pengamat teknologi Heru Sutadi menilai, banyaknya perusahaan asing yang tampil menjadi investor besar di AKAB menandakan bahwa GoTo sudah menjadi perusahaan global alias bukan lagi milik anak bangsa.
Ke depan, investor hampir dipastikan terbuka untuk kembali mengucurkan dana ke GoTo. Namun, seiring makin besarnya valuasi GoTo dan rencana perusahaan ini untuk melantai di bursa saham, maka bukan sembarang investor yang kelak akan berinvestasi di GoTo.
“Tentu bukan investor ecek-ecek, melainkan perusahaan besar, utamanya kembali dari pihak asing,” tutur Heru, Selasar (8/6).
Setali tiga uang, Ian menilai, GoTo masih memerlukan tambahan investasi sehingga peluang masuknya investor-investor baru tetap terbuka di masa mendatang. Hanya memang, jika mengacu pada azas keadilan ataupun kesetaraan, maka investor-investor lama kemungkinan masih tetap tampil sebagai pemilik saham terbesar di GoTo.
Selanjutnya: Ekspansi perusahaan teknologi: GoTo dan Bukalapak siap menggelar IPO tahun ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News