Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Dia mengatakan, suntikan booster mengikuti dua rejimen berbasis dosis dapat dengan cepat menimbulkan reaksi antibodi yang lebih kuat dan lebih tahan lama terhadap Delta. Namun, dia tidak memberikan data rinci.
Sementara itu, Feng Zijian, mantan wakil direktur di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, mengatakan kepada media pemerintah pekan lalu, antibodi yang dipicu oleh dua vaksin China kurang efektif melawan Delta dibandingkan dengan varian lain.
Feng tidak memberikan rincian termasuk nama kedua vaksin tersebut.
Baca Juga: Waspada, varian delta ternyata 6 kali lebih cepat menular dari varian alpha
Dia juga bilang, vaksin itu masih bisa memberikan perlindungan, karena tidak satu pun dari mereka yang divaksinasi di provinsi Guangdong selatan, di mana kasus pertama varian Delta di China ditemukan, mengalami gejala parah. Semua kasus yang parah berasal dari orang yang tidak divaksinasi.
Jin Dong-Yan, seorang ahli virologi di Universitas Hong Kong, mengatakan komentar Feng saja tidak cukup untuk mendukung klaim bahwa vaksin China efektif terhadap kasus yang parah, karena diperlukan lebih banyak data.
Baca Juga: WHO perbarui panduan strategi pengujian COVID-19, ini kasus prioritas untuk tes
Menurut para pejabat pada awal bulan ini, Indonesia mengalami kondisi di mana ratusan pekerja medis terinfeksi Covid-19 meskipun divaksinasi dengan suntikan Sinovac.
Namun, belum jelas apakah pekerja medis Indonesia terinfeksi oleh varian Delta atau bukan.