kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

LPS sebut likuiditas perbankan mencukupi tapi masih diperlukan pertumbuhan kredit


Rabu, 17 Maret 2021 / 21:45 WIB
LPS sebut likuiditas perbankan mencukupi tapi masih diperlukan pertumbuhan kredit

Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Dewan Komisioner Lembaga penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan, likuiditas perbankan saat ini menunjukkan kondisi yang ample hal ini tergambar dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) bulan Januari 2021 sebesar 10,57%. 

“Namun pertumbuhan kredit masih perlu didorong untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional dimana saat ini angka pertumbuhan kredit sebesar -1,92% YoY,” ujarnya saat menjadi narasumber utama di forum virtual BRI Danareksa yang mempertemukan para investor dan praktisi serta pakar di bidang ekonomi, berlangsung pada hari Selasa (16-03-2021)

LPS, menurutnya, ikut menjaga simpanan industri perbankan agar tumbuh stabil melalui cakupan program penjaminan yang kredibel dan terpercaya. 

Baca Juga: OJK rilis aturan manajemen risiko multifinance, ini ketentuannya

“Suku bunga kredit perlu untuk terus didorong penurunannya dan karena setiap sektor ekonomi riil mengalami tantangan yang berbeda, sehingga perlu dorongan kebijakan yang berbeda pula. Kesinambungan kebijakan akan mempengaruhi perbaikan perekonomian, oleh karena itu kita harus menggunakan segala instrumen yang ada untuk mendukung pemulihan ekonomi,” katanya.

Dia menambahkan, LPS dan anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang lain akan terus menjalin sinergi kebijakan dan berbagai langkah stimulus. Sinergi ini yang menjadi fokus KSSK sekarang. 

“Pemerintah dan KSSK telah dan akan terus berupaya secara maksimal untuk memitigasi dampak akibat Pandemi Covid-19 di semua sisi melalui berbagai kebijakan terpadu,” ujarnya.

Purbaya mengatakan LPS berkomitmen menjaga stabilnya industri perbankan dan perekonomian nasional dengan berbagai kebijakan yang dijalankan saat ini. Ia optimistis ekonomi nasional akan pulih dan bahkan tumbuh lebih baik. 

Baca Juga: Bank Mandiri dorong transaksi digital pelaku bisnis ritel di tengah pandemi

“Saat ini kita memang belum pulih sepenuhnya, tetapi sudah ada tanda-tanda perbaikan. Dampak covid 19 terhadap ekonomi sempat berpengaruh besar, tetapi perlahan kita mulai bisa mengendalikan. Kebijakan yang kita laksanakan saat ini relatif baik untuk mencegah Indonesia untuk jatuh lebih dalam ke jurang resesi,” ujarnya.

Purbaya mengatakan ada beberapa indikator kegiatan usaha dan konsumsi yang menunjukkan perbaikan. Namun, lanjutnya hal tersebut masih memerlukan dorongan untuk pulih lebih cepat. 

Indikator tersebut menurut data dari BI, Bloomberg dan juga CEIC mencatat antara lain Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur yang sebelumnya menunjukkan grafik penurunan, terutama di bulan April 2020, dimana hanya tumbuh sekitar 30%, sekarang grafiknya terus mengalami peningkatan, dan pada bulan Februari tahun ini angka pertumbuhannya sebesar 50,9%. 

Sedangkan penjualan kendaraan bermotor, setelah mengalami penurunan signifikan di pertengahan tahun 2020 atau pada bulan Juni 2020, angka penjualan mobil merosot hingga -80% atau hanya terjual sekitar 200.000 unit, namun hingga awal tahun ini atau pada bulan Januari 2021 grafiknya meningkat dan naik hingga -34,22% atau terjual sebanyak 394.733 unit. 

Baca Juga: Gandeng Sentosa Park, BRI tawarkan bunga KPR sebesar 6,7%

Kemudian, pihaknya juga menjelaskan mengenai outlook pertumbuhan ekonomi global, dimana menurutnya perekonomian global akan sangat bergantung terhadap keberhasilan negara dalam mengatasi pandemi, termasuk di dalamnya ialah penyaluran vaksin kepada masyarakat. 

“Data pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan perhitungan World Bank pada bulan Januari 2021 tumbuh sebesar 4,4% dan IMF mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 4,8%, namun hingga bulan Maret 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut OECD naik sebesar 4,9%,” katanya.

Selanjutnya: Bakal masuk holding ultra mikro, BRI akan ikuti prosesnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×