kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Likuiditas longgar, BI dan bankir yakin bunga kredit tetap melandai di tahun ini


Selasa, 26 Januari 2021 / 06:55 WIB
Likuiditas longgar, BI dan bankir yakin bunga kredit tetap melandai di tahun ini

Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren suku bunga kredit perbankan selama setahun terakhir terus mengalami penurunan. Bank Indonesia (BI) juga memproyeksi suku bunga kredit sejatinya masih akan terus menurun ke depan. 

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, sinyal itu sudah bisa ditangkap dari kondisi likuiditas perbankan yang saat ini masih longgar. Selain itu, tingkat bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (7DRR) juga masih rendah, yakni di level 3,75%. 

BI menjelaskan saat ini rata-rata suku bunga kredit bank ada di level 9,67%. Nah posisi itu sudah turun 8 basis poin (bps) dibandingkan bulan sebelumnya. 

Beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id membenarkan, ruang penurunan bunga kredit sangat terbuka. Meskipun sepanjang tahun 2020 lalu mayoritas bank sudah menurunkan bunga kredit cukup besar. 

PT Bank Mandiri Tbk misalnya yang menyebut selama tahun 2020 pihaknya telah menurunkan bunga sebanyak tujuh kali untuk segmen korporasi, ritel, mikro maupun konsumsi. 

Baca Juga: Ini sektor-sektor yang akan jadi sasaran penyaluran kredit perbankan tahun ini

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Atturidha bilang penurunannya sudah sebesar 10 bps hingga 600 bps. Tergantung dari risiko di masing-masing segmen kredit. 

"Ke depan bunga kredit masih mungkin diturunkan kembali. Mengikuti perkembangan pasar," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (25/1). 

Lebih lanjut, bank berlogo pita emas ini menjelaskan inisiatif ini merupakan komitmen perseroan untuk mendukung pemerintah dan otoritas moneter mengimplementasikan bauran kebijakan finansial. Tentunya dalam rangka memulihkan perekonomian dari dampak pandemi Covid-19. 

Rudi menambahkan, secara umum bank-bank memang sudah menurunkan suku bunga cukup signifikan. Sebagai bentuk respon perubahan suku bunga kebijakan BI7DRR. 

"Masih ada ruang untuk kembali menurunkan, yang juga mempertimbangkan profil risiko nasabah dan prospek ekonomi ke depan," imbuhnya. 

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) bahkan menyebut secara rata-rata suku bunga dasar kredit (SBDK) perseroan sudah turun besar. Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menjabarkan, dalam periode Desember 2019 hingga November 2020 SBDK untuk segmen mikro di BRI sudah turun 75 bps. 

"Bahkan, khusus KUR suku bunganya telah menurun 100 bps menjadi 6%," ujarnya, Minggu (24/1). 

Lebih lanjut, pihaknya juga sepakat bahwa penurunan suku bunga kredit ke depan masih terbuka. Penyebabnya, tingkat efisiensi perbankan di kala pandemi tentu semakin meningkat, apalagi dengan beragam inisiatif digital yang terus dilakukan perbankan, termasuk BRI. 

Akan tetapi, yang menjadi persoalan saat ini tak lain adalah permintaan kredit. Sebab, meskipun bunga sudah turun cukup banyak, tren permintaan kredit baru tidak begitu besar lantaran daya beli masyarakat masih belum optimal di kala pandemi. 

Alhasil, bank nomor wahid di Tanah Air ini memilih untuk fokus mengambil peran sebagai mitra pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional. 

"Salah satunya dengan mendukung peningkatan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat melalui penyaluran stimulus dan insentif sebagai kunci pertumbuhan kredit atau business follow stimulus," jelas Aestika. 

Baca Juga: Bank Optimistis Menatap Pertumbuhan Kredit

Begitu pula bank kecil seperti PT Bank Ina Perdana Tbk yang menyerukan hal serupa. Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu bilang sepanjang tahun 2020 lalu rata-rata bunga kredit perseroan sudah turun sangat besar. Bahkan sudah lebih dari 100 bps dalam kurun waktu 12 bulan. 

Dia juga memberi sinyal kalau laju bunga kredit di tahun ini bakalan terus turun. Akan tetapi besar atau kecilnya penurunan sangat bergantung pada kondisi pasar termasuk pertimbangan risiko masing-masing bank. "Tergantung situasi, kalau ekonomi membaik dan restrukturisasi kredit membaik kemungkinan (penurunan bunga kredit) bisa berlanjut," katanya. 

Di sisi lain, Bank sentral sudah bersiap membuat aturan baru, yang diharapkan bisa mempercepat transmisi kebijakan suku bunga acuan BI terhadap tingkat suku bunga kredit bank. 
Bocorannya, BI berencana untuk membuat kebijakan transparansi suku bunga. Singkatnya, BI akan meminta seluruh bank untuk mempulbikasi tingkat suku bunga kredit bank berdasarkan SBDK dan spread SBDK. 

Misalnya, terhadap suku bunga kebijakan dan suku bunga deposito 1 bulan. Payung hukumnya juga sedang disusun, BI saat ini tengah menggodok Peraturan Bank Indonesia (PBI) perihal tersebut, yang akan dikoordinasikan dengan OJK. 

Dus, harapannya dengan aturan baru itu nantinya efektivitas transmisi suku bunga kebijakan melalui penerapan bunga bank bisa lebih kuat. Sekaligus memperkuat sisi perlindungan konsumen. 

Selanjutnya: BI: Masih ada ruang bagi penurunan suku bunga acuan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×