Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri multifinance belum sepenuhnya pulih. Hal ini seiring penurunan pembiayaan multiguna pada tiga bulan pertama tahun 2021. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pembiayaan multiguna yang menyumbang nilai piutang terbesar untuk industri masih turun 0,43% (mtm) pada Maret 2021 menjadi Rp 216,77 triliun.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menyebut, penurunan Kredit multiguna sudah berlangsung sejak tahun 2020 dibandingkan dengan tahun 2019. Dikarenakan kredit multiguna di dominasi oleh pembiayaan mobil dan motor hingga 70%.
"Seperti kita ketahui pada tahun 2020 lalu kegiatan masyarakat dibatasi karena adanya pandemi, sehingga mobilitas orang semua dibatasi akhirnya tentu menyebabkan penjualan mobil turun motor turun juga di tahun 2020 disertai dengan banyaknya orang yang bekerja dari rumah banyak bisnis turun banyak juga orang yang dirumahkan pendapatan orang akhirnya turun apa yang terjadi, daya beli turun itu penyebab-penyebab yang terjadi kenapa penjualan mobil dan motor turun sangat signifikan di tahun 2020," jelas Suwandi kepada kontan.co.id, Senin (3/5).
Baca Juga: Bank KB Bukopin merugi Rp 167,1 miliar pada kuartal I, ini penyebabnya
Selain itu, sambung Suwandi seperti diketahui, di tahun 2021 pemerintah berusaha membantu untuk menjual kendaraan mobil itu dengan stimulus PPnBM yang akhirnya menstimulus penjualan kendaraan supaya bisa naik. "Kalau itu naik pasti akan membuat industri pembiayaan bisa mendapatkan pertumbuhan," katanya.
Suwandi mengatakan, ke depan trennya tergantung daya beli masyarakat, juga tergantung bagaimana covid-19 ini bisa teratasi dan juga mungkin virus penyebarannya bisa semakin berkurang dan mobilitas orang semakin baik. Hal ini tentu diperlukan kesadaran semua masyarakat Indonesia. Menurutnya, itu semua yang menjadi faktor pendorong pembiayaan multiguna sampai akhir tahun ini.
"Di 2021 kelihatan banyak perbaikan karena harga batubara naik, nikel juga bergerak naik dengan seiring harga komoditas yang membaik di kuartal ketiga pasti akan mendongkrak pembiayaan. Itu kita masih bergantung pada pembiayaan motor mobil. Kalau sektor industri otomotifnya meningkat pasti kita akan jauh lebih baik. Maka dari itu kita juga memproyeksikan pertumbuhan 5% di tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu," ungkap Suwandi.
Suwandi menambahkan, strategi yang harus dilakukan multifinance dalam menjaga pembiayaan multiguna yaitu dengan, menggandeng perbankan dalam penyaluran kredit agar mereka yakin bahwa pembiayaan mobil dan motor ini akan tetap aman dan nasabahnya tetap berkualitas. Selain itu juga bekerjasama dengan dealer-dealer.
"Bagaimana cara meyakinkan nya kepada perbankan, OJK sekarang sudah punya yang namanya Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) ini sudah menjadi kewajiban seluruh pelaku usaha untuk wajib melaporkan pembiayaan baik atau tidak kalau debiturnya tidak bayar-bayar," kata Suwandi.
Baca Juga: Kinerja pembiayaan multifinance masih terkontraksi
Kendati demikian, sejumlah perusahaan multifinance masih optimis terhadap kinerja pembiayaan multiguna di tahun ini. Misalnya saja PT Mandiri Utama Finance (MUF) yang mengaku hingga April 2021 mencatatkan pertumbuhan sebesar 30%.
Direktur Utama MUF Stanley Setia Atmadja mengatakan bawah pertumbuhan ini disebabkan oleh kondisi perekonomian yang membaik. Oleh karena itu, ia menilai pertumbuhan tidak hanya terjadi pada pembiayaan multiguna tetapi juga dialami oleh pembiayaan lainnya.
"Khusus multiguna MUF masih belum terlalu besar dalam booking-an portofolio ini. Untuk mitigasi resiko MUF menggunakan credit scoring dengan parameter untuk ratio inc to loan, jenis pekerjaan kepemilikan rumah dan kepemilikan kendaraan bermotor," kata Stanley.
Ia menyebut, pada tahun ini pihaknya tidak menunda penyaluran kredit multiguna. Pada tahun ini MUF menargetkan pertumbuhan pembiayaan multiguna bisa mencapai Rp 600 miliar. "Strategi MUF dalam menjaga pembiayaan multiguna yaitu menggunakan data base customer. Captive dengan Bank Mandiri dan menggunakan agen," ujar Stanley.
PT Mandiri Tunas Finance juga optimis pembiayaan multiguna alami peningkatan di tahun ini. Hal itu tercermin dari permintaan kredit multiguna yang alami peningkatan 30% hingga April 2021.
Arif Reza Fahlepi, Corporate Secretary PT Mandiri Tunas Finance mengaku, pada tahun ini MTF tidak ada penundaan atau pembatasan pembiayaan baru pada kredit multiguna. Pada tahun ini MTF juga menargetkan pertumbuhan pembiayaan multiguna bisa mencapai Rp 1,7 triliun.
"Dalam menjaga pembiayaan kami memiliki beberapa strategi melalui program-program, memberikan promo menarik khususnya bagi customer RO," kata Arif.
Baca Juga: Bakal jatuh tempo, obligasi Batavia Prosperindo Finance raih peringkat idBBB
Sementara itu PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. mengaku hingga akhir bulan Februari 2021, pembiayaan multiguna dari Adira mencapai sekitar Rp 551 miliar atau turun 39% secara year-on-year (yoy).
Presiden Direktur Adira Finance Hafid Hadeli mengungkapkan bahwa penurunan tersebut masih terpengaruh dari pandemi yang menyebabkan beberapa sektor turut terdampak. Hal ini menyebabkan pihaknya menjadi lebih selektif untuk memberikan pembiayaan multiguna.
Meskipun masih terjadi penurunan, Hafid optimis kinerja pembiayaan multiguna masih bisa bangkit di tahun ini. Ia melihat pasar dari multiguna masih sangat besar. Oleh karena itu pihaknya memproyeksikan pembiayaan multiguna di Adira Finance bisa tumbuh hingga 20% dari total pembiayaan multiguna sepanjang tahun 2020.
“Market multiguna sangat menarik bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kami akan selalu berusaha membantu memenuhi kebutuhan konsumen,” ujar Hafid.
Untuk mencapai target tersebut, Adira Finance akan membuat produk pembiayaan multiguna yang sesuai dengan kebutuhan setiap konsumen untuk semua sektor. Namun, ia juga bilang kalau pihaknya akan menganalisa dan lebih berhati-hati di sektor tertentu dan di wilayah tertentu.
Selanjutnya: Mandiri Tunas Finance menawarkan obligasi Rp 1,4 triliun dengan bunga hingga 7,65%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News