Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembiayaan mobil bekas di beberapa perusahaan multifinance nampaknya masih tumbuh dan menguntungkan. Padahal, ada kekhawatiran sebelumnya terkait insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang dinilai bisa menghambat kredit mobil bekas.
Kalau melihat data OJK pada paruh pertama 2021, pembiayaan mobil bekas memang masih terkontraksi 4,18% menjadi Rp 56,40 triliun. Hanya saja, kontribusi pembiayaan mobil bekas terhadap keseluruhan pembiayaan mobil justru meningkat secara tahunan dari 32,24% menjadi 34,04%.
Salah satu perusahaan multifinance yang masih meraup berkah dari kredit mobil bekas yaitu BFI Finance. Adapun, pembiayaan mobil bekas di BFI Finance masih mendominasi dari seluruh portofolio pembiayaan dengan porsi 71,2% atau senilai Rp 4,34 triliun.
Baca Juga: Perbankan syariah optimis akan terus tumbuh positif hingga akhir tahun 2021
Perusahaan menyebutkan bahwa mobil bekas memang menjadi fokus segmen dari perusahaan ini dan salah satu kelebihannya adalah depresiasi yang tidak sebesar dan secepat mobil baru.
Sehingga, apabila terjadi kelalaian bayar angsuran yang menyebabkan terjadinya pengambilan kembali jaminan, tingkat kerugian biasanya tidak terlalu besar.
“Tapi selalu ada tantangan karena yang diperlukan adalah pengetahuan yang mendalam atas segmen ini karena agak berbeda dengan segmen mobil baru,” ujar Direktur BFI Finance Sudjono kepada KONTAN.
Ada juga CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) juga turut mencatatkan kinerja positif pada pembiayaan mobil bekas. Bahkan, perusahaan mengaku pertumbuhan segmen ini mencapai dua kali lipat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Baca Juga: Multifinance gencar lakukan efisiensi untuk menekan biaya operasional
Adapun, pembiayaan mobil bekas di CNAF sampai Juni 2021 berkontribusi sebanyak 25,2% dari total aset kelolaan perusahaan. Sedangkan, total pembiayaan hingga periode waktu yang sama sebesar Rp 2,2 triliun.
Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman bilang kalau fenomena naiknya pembiayaan mobil bekas dikarenakan beralihnya kebutuhan masyarakat yang akan membeli mobil baru ke mobil bekas karena kondisi makro ekonomi yang kurang mendukung.
“Kami menargetkan pertumbuhan pembiayaan mobil bisa seimbang antara mobil baru dan mobil bekas karena selaras dengan stimulus Pemerintah (PPnBM) yang mendorong penjualan mobil baru,” imbuh Ristiawan.
Tak mau ketinggalan, Adira Finance juga merasakan pertumbuhan untuk segmen mobil bekas. Pertumbuhan hingga 23% dicatatkan oleh perusahaan pada paruh pertama tahun ini dengan nilai sebesar Rp 1,7 triliun dengan kontribusi sebesar 15% dari total portofolio pembiayaan baru.
“Pelanggan peminat mobil bekas memiliki segmentasi pasar tersendiri yang berbeda dengan pasar mobil baru, mengingat dengan harga yang lebih rendah pelanggan bisa mendapatkan variasi merk mobil dan model tertentu,” ujar Direktur Utama Adira Finance Hafid Hadeli.
Dengan salah satu optimisme tersebut, perusahaan yakin bisa mencapai target pembiayaan baru di tahun 2021 tumbuh kira-kira sebesar 20%-30% dari pencapaian tahun lalu. Hal tersebut sejalan dengan target dari AISI dan Gaikindo yang juga menargetkan penjualan kendaraan bermotor yang tumbuh double digit pada 2021.
Selanjutnya: BFI Finance tambah modal anak usaha
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News