Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per September 2020 realisasi kredit konsumsi baru tumbuh sebesar 0,75% secara year on year (yoy) menjadi Rp 1.538,2 triliun. Bila dirinci secara year to date (ytd) posisi tersebut turun sekitar 1,35%.
Meski begitu, sebenarnya pertumbuhan kredit mulai beranjak secara bulanan atau month on month (mom). Kredit konsumer tercatat sudah naik 0,55% secara bulanan. Walau tipis, pertumbuhan itu menandakan tren perbaikan kredit mulai terlihat.
Di sisi lain, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh memaparkan bahwa per September 2020 secara total kredit memang lambat, dengan pertumbuhan hanya sebesar 0,12% yoy. Meski begitu secara bulanan sudah naik 0,16% mom.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengamini ada potensi kenaikan kredit di kuartal IV 2020. "Dengan didukung berbagai kebijakan dari Bank Indonesia (BI), OJK dan pemerintah diharapkan bisa menumbuhkan permintaan kredit dan kita harapkan pertumbuhan bulanan ini terus berlanjut," kata Heru dalam video conference, Senin (2/11).
Baca Juga: LPS menahan bunga penjaminan 5%
Sementara itu, beberapa bank yang dihubungi Kontan.co.id mengamini kalau jumlah permintaan kredit konsumsi belum terlalu deras akibat masih terdampaknya daya beli masyarakat. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya yang mencatatkan kredit konsumer turun 9,4% secara year on year (yoy) menjadi Rp 141,66 triliun per September 2020.
Kalau diperinci, perlambatan itu terjadi di seluruh jenis kredit konsumer. Terbesar antara lain kredit kendaraan bermotor (KKB) yang menurun 19,3% yoy dari Rp 47,82 triliun di September 2019 menjadi Rp 38,57 triliun. Disusul oleh tren transaksi kartu kredit yang melambat, juga membuat realisasi bisnis kartu kredit BCA turun 18,5% yoy menjadi Rp 10,92 triliun.
Hanya kredit pemilikan rumah (KPR) BCA saja yang mencatat penurunan single digit sebesar 3,1% per akhir kuartal III 2020 lalu. Direktur BCA Santoso Liem menilai hal tersebut masih dalam batas wajar, mengingat di tengah pandemi Covid-19 permintaan kredit di sektor perbankan memang masih dalam proses pemulihan. "Sejalan dengan berlanjutnya pandemi yang membatasi mobilitas dan mempengaruhi iklim bisnis," kata Santoso, Senin (2/11).
Baca Juga: OJK: Restrukturisasi kredit sudah tembus Rp 914,65 triliun per 5 Oktober 2020
BCA berharap, dengan berada di tengah masa transisi PSBB pertumbuhan kredit konsumer BCA bisa lebih positif. Tapi, bank swasta terbesar di Tanah Air ini tidak mematok target untuk target konsumer di tahun ini.
Akan tetapi, ada beberapa bank yang masih mencatatkan kredit konsumsi tumbuh positif. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang per September 2020 membukukan realisasi sebesar Rp 87,41 triliun atau tumbuh 4,5% secara yoy. Padahal, beberapa jenis kredit seperti kartu kredit justru turun 10,2% yoy.
Direktur Konsumer BNI Corina Leyla Karnalies menjelaskan, penopang utama pertumbuhan tersebut ada dari kredit kepegawaian atau BNI Fleksi yang naik 9,5% yoy di kuartal III 2020 lalu menjadi Rp 29,05 triliun. Di samping itu, KPR BNI juga masih tumbuh positif sebesar 3% yoy menjadi Rp 45,46 triliun. "Kredit konsumer secara yoy (selain kartu kredit) tumbuh 8% yoy, telah melampaui target tahun 2020," kata dia.
Corina juga menambahkan, bahwa hingga Oktober 2020 lalu sebenarnya BNI Fleksi pun sudah membukukan pertumbuhan double digit dan diprediksi bakal meningkat sampai akhir tahun. Melihat prospek itu, bank berlogo 46 tersebut yakin target pertumbuhan kredit konsumer sebesar 4,8% bisa tercapai tahun ini.
Baca Juga: LPS: Ada 7 BPR gagal di sepanjang 2020 terimbas pandemi
Senada, PT Bank CIMB Niaga Tbk menjelaskan bahwa sejauh ini kredit konsumer atau ritel tumbuh positif sebesar 5% per September 2020. Direktur Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan bilang pendorong terbesarnya adalah KPR yang tumbuh 8%. Kemudian, KKB melalui anak usaha CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) tumbuh 15%. "Hanya kartu kredit yang masih negatif, karena masih belum pulihnya transaksi travel related dengan ticket size besar," jelas Lani.
Walau tumbuh, Lani mengamini kalau laju ekspansi kredit konsumer masih jauh lebih kecil dibandingkan periode sebelum pandemi. Pihaknya berharap, di kuartal IV 2020 permintaan kredit bisa tetap agar bisa menjaga momentum peningkatan di kuartal III.
Baca Juga: Jumlah hapus buku kredit perbankan meningkat di kuartal III-2020, apa penyebabnya?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News