kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kredit Bank BTPN terkontraksi 4% pada tahun 2020, ini penyebabnya


Sabtu, 27 Februari 2021 / 20:05 WIB
Kredit Bank BTPN terkontraksi 4% pada tahun 2020, ini penyebabnya

Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank BTPN Tbk berhasil mencatatkan pertumbuhan yang sehat serta menjaga fundamental tetap kuat pada akhir kuartal IV-2020 di tengah ketidakpastian ekonomi global dan dalam negeri akibat hantaman pandemi COVID-19. 

Direktur Utama Bank BTPN, Ongki Wanadjati Dana mengatakan sepanjang tahun lalu pihaknya fokus dalam memastikan kesehatan nasabah dan karyawan, bekerja sama dengan nasabah yang terdampak, serta mendukung kelangsungan usaha. 

“Kami memitigasi dampak dan risiko dengan cara memberikan pinjaman secara selektif, melakukan restrukturisasi dan manajemen biaya kredit, secara proaktif mengelola NPL, mengurangi biaya dana, aktif mengelola likuiditas dan pendanaan serta meningkatkan efektivitas operasional secara berkesinambungan,” tuturnya dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Jumat (26/2).

Baca Juga: Saham Bank Neo Commerce (BBYB) melesat ratusan persen, ini penjelasan manajemen

Namun, Dia juga menggarisbawahi kalau Covid-19 berdampak pada perlambatan penyaluran kredit di industri perbankan. OJK mencatat terjadi penurunan rata-rata industri sebesar 2,4% pada akhir 2020. COVID-19 juga berdampak pada penyaluran kredit Bank BTPN, terutama pada segmen mikro, small and medium enterprises (SME), komersial, pembiayaan konsumen dan Syariah.

Perlambatan kredit juga disebabkan karena adanya pelemahan aktivitas bisnis dan repayment kredit yang lebih tinggi dibandingkan pemberian fasilitas kredit baru sehingga pada akhir triwulan IV-2020, total kredit Bank BTPN turun sebesar 4% (year-on-year/yoy) menjadi Rp 136,2 triliun. Namun segmen korporasi masih mencatat pertumbuhan sebesar 4% menjadi Rp 78,7 triliun (yoy).

Perseroan melakukan upaya-upaya restrukturisasi pada portofolio yang terdampak langsung oleh pandemi COVID-19. Hingga akhir Desember 2020 akumulasi total nilai kredit yang disetujui untuk mendapat restrukturisasi kredit adalah sebesar Rp 13,2 triliun atau sekitar 9,7% dari keseluruhan portofolio kredit konsolidasi.

Kualitas kredit Bank BTPN terjaga baik, seperti tercermin dari gross NPL yang berada di level 1,21% pada akhir Desember 2020. Angka ini masih relatif rendah dibandingkan NPL industri perbankan yang pada akhir Desember 2020 tercatat sebesar 3,06%.

Baca Juga: Kata BCA soal kasus nasabah yang menggunakan dana salah transfer senilai Rp 51 juta

Untuk pemenuhan kebutuhan pembiayaan kredit, perseroan menghimpun pendanaan sejumlah Rp 145,5 triliun sampai dengan akhir Desember 2020. Total dana pihak ketiga (DPK) meningkat sebesar 16% menjadi Rp 100,8 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Saldo CASA meningkat sebesar 14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Upaya menghimpun dana pihak ketiga dilakukan sejalan dengan upaya menekan biaya dana seiring dengan tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia. Pertumbuhan dana pihak ketiga tidak lepas dari tingginya tingkat kepercayaan nasabah serta kuatnya fondasi bisnis Bank BTPN.

Rasio likuiditas dan pendanaan berada di tingkat yang sehat, dimana liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 281,70% sementara Net Stable Funding Ratio (NSFR) 115,14% pada posisi 31 Desember 2020. Perseroan mencatat pertumbuhan aset sebesar 1%, dari Rp 181,6 triliun menjadi Rp 183,2 triliun, dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) 25,6%.

Melemahnya sektor perekonomian akibat COVID-19 dan dampaknya terhadap debitur perbankan menyebabkan Bank BTPN perlu menyiapkan biaya pencadangan kredit sebesar Rp 2,8 triliun. Penurunan suku bunga dan restrukturisasi kredit berdampak pada penurunan pendapatan bunga bank. Sebagian dari dampak penurunan ini dapat di-offset oleh penurunan beban bunga. 

Di sisi lain, net interest income turun 3% menjadi Rp 10,6 triliun. Meski begitu, biaya operasi dapat dijaga dengan baik, turun sebesar 3% (yoy). Di luar biaya CKPN, walaupun ada tekanan di pendapatan perseroan akibat COVID-19, Bank BTPN dapat mempertahankan laba sebelum biaya kredit dan pajak pada tingkat yang sama dengan tahun lalu yaitu sebesar Rp 5,4 triliun, sehingga dapat menjadi penyangga yang memadai untuk mengantisipasi kebutuhan biaya pencadangan. 

Baca Juga: Mustafa Abubakar jadi Komisaris Utama Independen Bank Bukopin Syariah

Kenaikan biaya CKPN menekan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik tahun 2020 turun menjadi Rp 1,75 triliun menurun 32% dibandingkan tahun sebelumnya.  

Sebagai salah satu pionir dalam pengembangan layanan perbankan digital di tanah air, Bank BTPN semakin terpacu untuk terus meningkatkan keandalan Jenius, aplikasi life finance solution bagi digital savvy, di tengah tantangan pandemi COVID-19 yang masih berlangsung. 

Hal ini didorong oleh pertumbuhan pesat jumlah pengguna Jenius menjadi 3,1 juta atau naik 27% (yoy), dengan jumlah dana pihak ketiga bertumbuh 100% menjadi Rp 13,3 triliun pada akhir triwulan IV-2020.

Adapun jumlah transaksi yang dilakukan melalui Jenius turut mengalami peningkatan hingga sebesar 70% (yoy), dengan tiga jenis transaksi yang mendominasi adalah berbelanja secara daring (online), menabung, dan top up e-wallet.

Selanjutnya: Makin laris, pemain asuransi berlomba-lomba keluarkan produk asuransi kesehatan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

×