kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.679.000   -14.000   -0,83%
  • USD/IDR 16.434   -89,00   -0,54%
  • IDX 6.538   -60,02   -0,91%
  • KOMPAS100 935   -14,73   -1,55%
  • LQ45 732   -7,58   -1,02%
  • ISSI 204   -2,02   -0,98%
  • IDX30 381   -3,70   -0,96%
  • IDXHIDIV20 459   -2,49   -0,54%
  • IDX80 106   -1,60   -1,48%
  • IDXV30 110   -2,31   -2,06%
  • IDXQ30 125   -0,86   -0,68%

Kontainer di pelabuhan langka, pengamat: Mengakibatkan pembiayaan ekspor membengkak


Rabu, 01 September 2021 / 11:10 WIB
Kontainer di pelabuhan langka, pengamat: Mengakibatkan pembiayaan ekspor membengkak

Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terjadi kelangkaan dan kenaikan tarif kontainer internasional untuk keperluan ekspor di pelabuhan Indonesia.

Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi mengatakan, kelangkaan tersebut mengakibatkan pembiayaan ekspor membengkak menjadi sekitar Rp 200 juta termasuk untuk biaya perkapalan.

Siswanto menjelaskan, untuk keluar dari permasalahan kelangkaan kontainer dan mahalnya biaya perkapalan untuk ekspor, sangat sulit untuk diatasi dalam waktu dekat. Sebab, kendalinya ada di tangan pengusaha pelayaran internasional termasuk Cina.

Akan tetapi, untuk pemecahan masalah dalam jangka panjang, Siswanto berpendapat para pengusaha atau pemerintah harus memiliki kapal pelayaran yang besar. Sebab kondisi kapal yang ada saat ini ukurannya kecil sekitar 2.700 teus atau kurang dari itu.

Baca Juga: Kontainer langka, ekspor produk industri kehutanan nasional terhambat

“Setidaknya ke depan kita punya kapal sendiri yang ukurannya 10.000 teus dan dikelola oleh perusahaan pelayaran antara dikelola oleh BUMN atau swasta. Sebab, jika tidak memiliki kapal sendiri, maka main line operator (MLO) milik asing akan terus bermain sampai mendapatkan keuntungan yang besar,” kata Siswanto kepada Kontan.co.id, Selasa (31/8).

Siswanto juga mengatakan, tidak ada hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengatasi kelangkaan container dan mahalnya biaya ekspor melalui pelayaran tersebut. Sebab permasalahan ini adalah ranahnya Business to Business (B2B).

Setidaknya, pengusaha atau eksportir yang ada harus mengusahakan untuk memperkarakan permasalahan tersebut ke Badan Arbitrase Nasional Indonesia, dengan mengeluhkan MLO tersebut.

“Itu yang paling mungkin. Kalau pemerintah akan memberikan subsidi itu tidak mungkin, belum lagi saat pandemi seperti ini yang serba kekurangan. Mau tidak mau kita harus menerimanya. Inilah nasib kita karena tidak memiliki pelayaran sekian tahun lamanya,” pungkasnya. 

Selanjutnya: Begini tanggapan ALI soal kelangkaan dan kenaikan tarif kontainer

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

×