Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kino Indonesia Tbk (KINO) masih berupaya mendongkrak kinerja usahanya pada sisa tahun ini. Di tengah kondisi bisnis yang masih terjepit pandemi, KINO pun fokus berikhtiar mengejar capaian kinerja keuangan di level yang sama dengan tahun lalu.
Direktur Kino Indonesia Budi Muljono mengungkapkan, setidaknya ada tiga tantangan utama bisnis KINO di tahun ini. Pertama, pandemi covid-19 yang belum teratasi, terutama saat kembali melonjaknya kasus penyebaran covid akibat varian Delta. Kondisi ini pun menekan perekonomian dan konsumsi masyarakat, serta menimbulkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) secara ketat pada awal Q3-2021.
"Di April dan Mei sebenarnya terjadi perbaikan. Sayangnya kita kena lagi (kenaikan kasus covid-19) dan market kembali lesu, ada pembatasan lewat PPKM dan potensial recovery terhambat," kata Budi dalam public expose yang digelar secara virtual, Rabu (10/11).
Kedua, faktor global seperti kenaikan harga baku yang cukup menantang bagi dunia usaha. Apalagi perusahaan di luar negeri juga jamak melakukan efisiensi biaya dan mengurangi utilisasi produksi.
Budi berharap, pengendalian pandemi covid-19 dan kondisi ekonomi yang berangsur pulih bisa menormalisasi kondisi harga dan pasokan bahan baku untuk tahun ini dan di tahun depan. Sedangkan tantangan ketiga bagi bisnis KINO ialah perubahan perilaku konsumen pada masa pandemi dan new normal.
Baca Juga: Penjualan dan laba Kino Indonesia (KINO) kompak menurun pada kuartal III
Kinerja bisnis KINO pun masih tertatih hingga Q3-2021. Kondisi ini tampak dari realisasi penjualan dan laba bersih KINO yang mengalami penyusutan. Hingga periode September, KINO mencatatkan penjualan sebesar Rp 2,93 triliun atau turun 5,78% dibandingkan capaian di Q3-2020 yang mencapai Rp 3,11 triliun.
Jika dirinci, penjualan KINO ditopang oleh segmen produk minuman senilai Rp 1,40 triliun, perawatan tubuh sebesar Rp 1,17 triliun, produk makanan sebesar Rp 304,80 miliar, farmasi Rp 46,22 miliar, serta makanan hewan Rp 189,63 juta.
Budi merangkum bahwa segmen minuman berkontribusi sekitar 48% terhadap total penjualan KINO. Pada segmen ini, penjualan didominasi oleh produk penyegar Cap Kaki Tiga, Cap Panda dan minuman berenergi Panther.
Selanjutnya, segmen perawatan tubuh (personal care) menyumbang 40%. Penjualan segmen ini ditunjang oleh produk vitamin rambut, pasta gigi halal, pencuci perlengkapan bayi, dan handsanitizer.
Lalu, segmen makanan dan makanan hewan berkontribusi sebanyak 10% dari total penjualan KINI. Sedangkan segmen farmasi menyumbang 2%, yang ditopang oleh produk Lola Remedios yang diekspor ke Filipina.
"Per sembilan bulan masih minus 5,8% dari sisi penjualan. Tapi kalau dibandingkan per Juni lalu, kami minus sekitar 11%. Jadi sudah ada perbaikan di periode Q3. Kami mengalami perbaikan, sehingga minusnya turun," sebut Budi.
Adapun dari sisi bottom line, KINO meraih laba bersih sebesar Rp 82,80 miliar pada periode sembilan bulan 2021. Capaian itu merosot hingga 48,79% dibandingkan laba neto yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 161,69 miliar pada Q3-2020.
Melihat capaian tersebut, KINO pun tidak memasang target yang muluk-muluk hingga akhir tahun nanti, lantaran kondisi di periode Q4-2021 dirasa masih menantang. Tapi, dengan pengendalian kasus covid-19, vaksinasi yang gencar dilakukan, serta ekonomi yang kembali bergerak, KINO optimistis bisa menjaga kinerja penjualan dan laba bersih di level yang sama seperti realisasi tahun lalu.
"Kami masih melihat situasi di Q4 ini, karena tantangan masih cukup berat. Kami harapkan akan lebih membaik, sehingga bisa mengejar penjualan dan profit di tahun 2020. Target kami bisa menyamakan, tapi masih harus melihat apakah bisa dicapai dengan kondisi market yang ada," jelas Budi.
Asal tahu saja, sepanjang tahun lalu KINO mencetak pendapatan sebesar Rp 4,02 triliun. Di bottom line, KINO meraih laba bersih sebesar Rp 113,6 miliar.
Meski kinerja KINO pada tahun ini ditaksir akan stagnan, tapi Budi yakin pihaknya bisa mendongkrak kinerja pada tahun depan. KINO pun membidik target kinerja bisa kembali pulih di level tertinggi pada tahun 2019, sebelum adanya pandemi.
Budi belum membeberkan secara rinci mengenai strategi KINO untuk tahun depan. Yang pasti, KINO pun bersiap untuk meluncurkan produk baru dengan mempertimbangkan kebutuhan pasar pada era new normal.
Saat ini, KINO sedang menyusun rencana anggaran untuk tahun 2022. "Dibenak kami sudah ada gambaran, produk apa yang bisa di-launching, agar menunjang kebutuhan masyarakat di new normal setelah pandemi," pungkas Budi.
Selanjutnya: Kondisi masih menantang, Kino Indonesia (KINO) susun strategi hadapi akhir tahun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News