Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
Perusahaan meningkatkan aktivitas pembelian mereka untuk kedua kalinya pada tahun lalu, dan pada laju tercepat sejak bulan Mei 2019. Akibatnya, stok pembelian mendekati stabil karena tingkat penurunan inventaris pra-produksi menurun selama 10 bulan berturut-turut.
Biaya input meningkat secara substansial, dengan tingkat inflasi semakin cepat hingga paling tajam sejak bulan Oktober 2018. Biaya yang lebih tinggi untuk bahan baku disebutkan secara luas di tengah kurangnya pasokan dan sulitnya mendapatkan input dari luar negeri.
Tingkat inflasi harga output juga semakin cepat. Bahkan, tercepat sejak bulan November 2018. Ini disebabkan produsen meneruskan beban biaya input yang lebih tinggi pada konsumen.
Baca Juga: BI perkirakan inflasi Februari 2021 sebesar 0,08%
Waktu pengiriman dari pemasok diperpanjang selama 13 bulan berturut-turut. Laju penurunan kinerja vendor tergolong solid, meski tidak separah pada bulan Januari 2021.
“Pembatasan Covid-19 dan gangguan transportasi yang disebabkan oleh banjir menjadi faktor utama di balik penundaan pengiriman pada bulan Februari 2021,” tambah IHS Markit.
Namun ke depan, produsen Indonesia masih sangat optimistis bahwa produksi akan naik pada tahun mendatang, dengan lebih dari dua per tiga responden yang memprediksi kenaikan. Harapan bahwa pandemi Covid-19 akan berakhir adalah inti dari harapan positif ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News