Reporter: Ferrika Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Sementara itu, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) masih menanggung kerugian Rp 642,80 miliar pada Desember 2021. Kerugian menurun menjadi Rp 159,98 miliar pada Januari 2022.
Meski demikian kinerja kredit meningkat dari Rp 3,66 triliun pada 2020 menjadi Rp 4,08 triliun di 2021. Selain itu DPK dan aset perusahaan juga ikut naik, masing-masing menjadi Rp 7,42 triliun dan Rp 8,48 triliun.
Pada tahun 2022, Bank Neo akan memperkenalkan lebih banyak produk wealth management untuk memenuhi kebutuhan investasi para nasabahnya, di antaranya reksadana, saham, asuransi, emas dan produk lainnya.
"Kami akan menyediakan platform komunikasi yang interaktif di aplikasi neobank dengan memberikan konten-konten investasi dan pengelolaan keuangan untuk nasabah wealth management," terang Direktur Utama Bank Neo Commerce, Tjandra Gunawan.
Baca Juga: Layanan Perbankan di Metaverse Masih Terbentur Keterbatasan Regulasi
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiasta menyarankan bahwa dalam menilai saham bank digital tidak fokus pada valuasi saat ini. Dari sisi valuasi, harga bank digital memang sangat premium.
"Jika bicara bank digital, investor akan melihat prospek dalam masa depan. Kami melihat tren perbankan ke depan akan erat kaitannya dengan teknologi, sehingga pertumbuhan perbankan ke depan dapat cukup kuat," kata Okie.
Dalam memilih saham bank digital, Okie menyarankan investor untuk dapat mencermati strategi dari manajemen dalam hal ekspansi dan juga cara mereka mendapatkan Dana Pihak Ketiga (DPK).
Menurutnya, hal tersebut tentu dapat dijadikan acuan guna melihat prospek mereka di masa depan. Saat ini, Okie lebih merekomendasikan beli untuk saham Bank Jago (ARTO) dengan target harga Rp 17.350 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News