kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kilang Pertamina Internasional cari partner untuk bisnis petrokimia


Rabu, 17 November 2021 / 05:30 WIB
Kilang Pertamina Internasional cari partner untuk bisnis petrokimia

Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) telah merancang agenda bisnis jangka panjang dalam mengembangkan segmen petrokimia. 

Maklum, industri petrokimia akan semakin cemerlang di masa depan lantaran permintaan yang terus meningkat. Adapun saat ini, kebutuhan produk petrokimia seperti paraxylene, polyethilyne, dan polyprophelyne sekitar 70% masih dipenuhi dari luar negeri  alias masih impor. 

Direktur Pengembangan Bisnis PT Kilang Pertamina Internasional Joko Widi memproyeksikan, belanja modal (capital expenditure/capex) yang dibutuhkan KPI untuk mengembangkan industri petrokimia berkisar antara US$ 10 miliar hingga US$ 15 miliar sampai dengan 2028. 

"Sumber dana tentu saja KPI akan berpartner. Jadi Pertamina akan melakukan serangkaian project expose dan roadshow dari partner dengan tiga kriteria utama," jelasnya dalam acara webinar bertajuk "Kilang Dalam Transisi Energi: Roadmap Pengembangan Kilang & Petrokimia, Green Fuel serta Hilirisasi Produk" Selasa (16/11). 

Baca Juga: Kebakaran tangki di area Kilang Cilacap diduga akibat sambaran petir

Perincian kriteria tersebut, pertama, membawa market. Joko mengatakan, kalau membawa pasar domestik tidak terlalu sulit.

Kriteria kedua, membawa pendanaan atau financing, dan kriteria ketiga membawa teknologi. "Kami memang akan berpatner dalam bidang finansial," ujarnya. 

Saat ini, Joko mengakui, sudah banyak pihak yang melirik  untuk berpartner. Salah satu yang sudah terealisasi adalah ditandatanganinya nota kesepahaman dengan Mubadala  perusahaan investasi asal Uni Emirat Arab. Menurut catatan sebelumnya, MoU bersama investor UEA ini untuk percepatan pengembangan Refinery Development Master Plan (RDMP) RU V Balikpapan.

"Selain itu dari domestik ada INA, dan juga beberapa lainnya dan kita akan melakukan serangkaian roadshow di awal tahun depan," ujar Joko. 

Joko juga mengungkapkan, dalam waktu dekat pihaknya akan diundang oleh forum investor Korea yang dikatakan sangat berminat dalam proyek petrokimia Pertamina. 

Joko mengatakan, pertimbangan Pertamina mengembangkan petrokimia karena bisnis bahan bakar minyak (BBM) akan tertekan di masa depan. Joko mengutip proyeksi dari Argus, bahwa ke depannya akan terjadi pergesaran permintaan BBM akibat transisi energi. Akibatnya, gross refinery margin BBM akan semakin tertekan. 

Joko menyebutkan, sampai dengan 2050 mendatang,  bisnis fuel akan menghadapi tantangan di mana average spread produk BBM dari kilang hanya sebesar US$ 12/bbl dan akan semakin rendah. Sedangkan, pada industri petrokimia, terjadi tren peningkatan gross margin di mana average spread produk petrokimia terhadap Naphta sebesar US$ 54/bbl pada 2050 mendatang. 

Seiring dengan hal tersebut, hingga 2040 permintaan petrokimia akan semakin meningkat. Joko memaparkan, untuk produk polyethylene nilai kapitalisasi konsumsi di 2040 akan menjadi US$ 6,2 miliar, sedangkan Indonesia masih mengalami defisit atau kekurangan supply sekitar 3,2 juta ton pertahun.

Untuk produk lainnya yakni polypropylene kapitalisasi nilai produk pada 2040 senilai US$ 5,9 miliar, adapun posisi Indonesia masih kekurangan supply sekitar 3,2 juta ton pertahun. 

Baca Juga: Kilang RDMP Balikpapan Pertamina ditarget bisa produksi BBM standar Euro V pada 2024



TERBARU

×