kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan harga CPO berefek pada harga pangan, suplai mamin disebut aman


Jumat, 29 Oktober 2021 / 05:45 WIB
Kenaikan harga CPO berefek pada harga pangan, suplai mamin disebut aman

Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) menyatakan pihaknya akan mendalami penyebab dan penyesuaian harga jual selaras dengan adanya kenaikan harga bahan baku.

Sebagai informasi, dalam beberapa pekan terakhir ini harga minyak goreng merangkak naik. Kementerian Perdagangan menyebutkan, penyebabnya adalah kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar internasional.

Sementara itu, berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga rata-rata minyak goreng curah secara nasional di pasar tradisional naik Rp 150 menjadi Rp 16.400 per kg. Sementara minyak kemasan bermerek 1 dan 2, masing-masing naik Rp 100 menjadi Rp 17.300 dan Rp 16.800 per kg.

Padahal, pemerintah sebenarnya mengatur Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng kemasan sederhana sebesar Rp 11.000 per liter. Ketentuan ini tertuang di Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 7 Tahun 2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen.

Baca Juga: GPEI sebut perjanjian dagang meningkatkan ekspor

Ketua Umum GAPMMI, Adhi S. Lukman memaparkan jika kenaikan harga bahan baku memang cukup tinggi. "Kenaikan harga CPO tersebut memang berimbas pada bahan komoditas yang dibutuhkan oleh industri pangan. Hal ini tentunya juga berpengaruh pada harga bahan pokok kita," ujarnya saat dihubungi Kontan, Kamis (28/10).

"Melihat hal ini, kami akan kalkulasikan ulang harga jual, kami juga akan sesuaikan dengan kenaikan harga Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PPN tahun depan bisa naik sekitar 70an%,"

Ia melanjutkan, kenaikan harga di sektor makanan minuman (mamin) tahun depan akan banyak. Kenaikan ini juga akan terjadi pada biaya angkutan, baik ekspor atau dalam negeri.

Mengenai gambaran besaran kenaikan harga jual di sektor mamin, Adhi mengatakan setiap perusahaan dan pelaku bisnis akan memiliki standar yang berbeda-beda. Namun dirinya memproyeksi kenaikan tersebut bisa sekitar 5% atau setara dengan kenaikan harga bahan baku. "Tapi kembali lagi ke masing-masing perusahaan, tapi yang jelas begitu perkiraannya," paparnya.

Baca Juga: Anak usaha Wijaya Karya (WIKA) gencar memproduksi sepeda motor listrik Gesits

Adhi mengemukakan penyebab kenaikan harga CPO yang terjadi memang membuat ketidakseimbangan dalam menyediakan suplai, di saat yang sama permintaan sedang menanjak. Di masa pandemi Covid-19, kebutuhan pangan dalam jumlah besar perlu dipenuhi.

Ia tidak bisa memproyeksi sampai kapan tren kenaikan harga bahan pangan terjadi. Tetapi hal positif yang bisa diambil dari kondisi ini adalah bahan-bahan ekspor turut melejit dari sisi permintaan dan harga. Hal ini, lanjut Adhi, bisa terlihat tidak hanya pada komoditas perkebunan tetapi juga batubara.

"Saya tidak bisa proyeksi sampai kapan tren kenaikan harga ini terjadi. Tetapi kami pastikan suplai di sektor mamin masih akan hingga akhir tahun ini," tutup dia.

Selanjutnya: Ekonom Unpad sebut kereta cepat pacu ekspansi bisnis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×