Sumber: Kompas.com | Editor: Noverius Laoli
Karena itu, untuk mendeteksi varian Omicron siluman, tidak bisa dilakukan dengan tes PCR biasa melalui pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS), termasuk pada subvariannya.
"(Pada) BA.2 tidak ada fenomena SGTF itu, sehingga pada pemeriksaan SGTF untuk menentukan apakah kemungkinan seseorang probable Omicron, bisa terdeteksi pada pemeriksaan WGS," sambung dia.
"Varian siluman ini, kan, dibilang BA.2, kenapa dibilang begitu karena biasanya (pada varian) Omicron protein S-nya tidak bisa kita deteksi karena ada mutasi di protein S-nya," ujar Nadia.
Antisipasi Omicron siluman
Secara jumlah, kasus infeksi Omicron siluman memang masih lebih sedikit dibanding kasus infeksi Omicron biasa.
Kendati begitu, penyebaran Omicron siluman ini tetap harus diwaspadai, sebab dia memiliki kemampuan untuk menular lebih cepat. Di antaranya adalah tetap menjalankan protokol kesehatan dan vaksinasi.
Baca Juga: Penurunan Kasus Covid-19 Dunia Bikin WHO Cemas, Ini Alasannya
"Jadi protokol kesehatan tetap harus disiplin, karena untuk mencegah penularan yang lebih cepat. Karena dia (subvarian BA.2) menularnya lebih cepat, deteksi dini penting karena akan juga membatasi penularan dan mencegah orang menjadi sakit yang berat, serta vaksinasi booster," jelas Nadia
Dia mengungkapkan bahwa vaksinasi booster atau dosis ketiga pun terbukti dalam meningkatkan efektivitas titer antibodi, artinya proteksi kita terhadap virus menjadi bertambah.
"Sehingga kemampuan BA.2 (virus Omicron siluman) untuk mengelabui sistem kekebalan bisa berkurang karena proteksi kita jauh lebih tinggi," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penjelasan Kemenkes soal Omicron Siluman yang Disebut Lebih Menular dari Omicron Biasa"
Penulis : Maulana Ramadhan
Editor : Maulana Ramadhan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News