kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Kembangkan program gasifikasi batubara, Pertamina gandeng dua emiten batubara ini


Selasa, 08 Desember 2020 / 14:50 WIB
Kembangkan program gasifikasi batubara, Pertamina gandeng dua emiten batubara ini

Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Pertamina (Persero) akhirnya menggandeng dua perusahaan tambang batubara raksasa Indonesia untuk mengembangkan program gasifikasi batubara. Hal ini dilakukan agar dapat menjadi bahan bakar pengganti LPG, yaitu DME (Dimethyl Ether). 

Pertamina menandatangani nota kesepahaman kerjasama strategis gasifikasi batubara pada Senin (7/12). Program gasifikasi batubara sebetulnya sudah dimulai Pertamina sejak beberapa waktu lalu. Sebagai bentuk komitmen, Pertamina melanjutkan program ini dengan menggandeng lebih banyak perusahaan batubara, diantaranya adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Indika Energy Tbk (INDY).

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengapresiasi langkah tersebut. Menurutnya, kerja sama ini sangat strategis mengingat Indonesia memiliki cukup banyak potensi batubara dengan kalori rendah.

Baca Juga: SKK Migas minta KKKS lakukan optimasi biaya berkelanjutan, ini alasannya

“Kami menyampaikan apresiasi karena program ini akan menjadi keunggulan kompetitif kita. Dengan gasifikasi batubara, maka bisa menjadi subtitusi impor. Dan kita juga berusaha menarik investasi lebih banyak, sehingga dapat mendatangkan multiplier effect,” ujar Ridwan dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Senin (7/12).

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan, program gasifikasi batubara merupakan upaya perusahaan untuk mengembangkan energi alternatif dengan bahan baku yang banyak terdapat di Indonesia sekaligus mengurangi impor LPG.

Namun ia menekankan pentingnya penerapan teknologi yang tepat dalam program ini sehingga dapat mengurangi dampak lingkungan yang dikhawatirkan dari penggunaan batubara.

“Program pengurangan impor BBM dan LPG ini sejalan dengan strategi Pertamina ke depan untuk mengoptimalkan sumber daya alam sebagai bahan baku energi sehingga dapat mengurangi impor dan defisit neraca perdagangan. Dengan banyaknya sumber daya yang dimiliki Indonesia dan teknologi yang tepat, maka isu lingkungan dapat dibuktikan. Bahwa program gasifikasi batubara menjadi DME menggantikan LPG tidak akan menjadi isu lingkungan di Indonesia. Pemilihan teknologi menjadi kunci,” tegas dia.

Nicke menambahkan, program ini perlu didukung oleh kepastian regulasi ke depannya sehingga menjadi stimulus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, industri dan menciptakan lapangan kerja di Indonesia. 

Lebih lanjut, Komisaris ADRO Arini Saraswaty Subianto bilang,  pihaknya mengapresiasi langkah Pertamina untuk mengembangkan gasifikasi batubara dalam rangka mendukung upaya pemerintah pada program peningkatan nilai tambah batubara.

“Selain membuka peluang diversifikasi serta pengembangan bisnis bagi Adaro dan Pertamina, kami  berharap kerja sama ini dapat membawa banyak manfaat bagi Indonesia, terutama dalam usaha untuk meningkatkan ketahanan energi nasional, menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi defisit neraca perdagangan, mengurangi beban subsidi pada APBN, dan menjadi katalis untuk pertumbuhan ekonomi, baik di tingkat lokal maupun nasional,” ujar Arini.

Baca Juga: Bomba Grup teken MoU dengan Pertamina terkait gasifikasi batu bara

Sementara itu, Direktur Utama INDY, Arsjad Rasjid menilai bahwa kerja sama untuk melakukan kajian gasifikasi batubara ini merupakan wujud sinergi antara Pemerintah, BUMN, dan swasta yang sangat strategis.

"Indika Energy berharap inisiatif ini dapat mendorong pengembangan teknologi hilirisasi batubara yang mumpuni, menciptakan investasi baru, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,” tutur Arsjad.

Selanjutnya: Dorong transisi ke energi bersih, Pertamina bakal investasi US$ 18 miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×