kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,22   -10,30   -1.10%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kembangkan bahan bakar nabati, berikut 5 strategi pemerintah


Kamis, 03 Desember 2020 / 18:30 WIB
Kembangkan bahan bakar nabati, berikut 5 strategi pemerintah

Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah menyiapkan rencana strategis untuk mengembangan biofuel atau bahan bakar nabati (BBN). Hal ini mengingat BBN memegang peran penting bagi ketahanan energi nasional.

Rencana pertama, memastikan bahwa program B30 tetap berjalan seperti yang ditargetkan. "Pemerintah akan melanjutkan program B30 dengan melaksanakan monitoring dan evaluasi," ujar Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana, dalam Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2020 New Normal yang diselenggarakan secara virtual, Rabu (2/12).

Dia juga mengatakan, pemerintah akan berusaha mengurangi permasalahan yang mungkin terjadi selama implementasi program B30, juga meningkatkan infrastruktur pendukung dan memastikan keberlanjutan insentif.

Strategi kedua, merencanakan pengembangan program B40 dan B50. Menurut Dadan, saat ini tengah dilakukan kajian ekonomi, kesiapan, bahan baku, infrastruktur pendukung. Akan dilakukan pula roadtest untuk B40 atau B50, dan melakukan uji coba penggunaan B40 dan B50 pada mesin pembangkit listrik tenaga diesel yang ada.

Baca Juga: Menteri ESDM memaparkan sejumlah upaya penggunaan bakan bakar rendah emisi

Strategi ketiga, peningkatan program green fuel. Dia pun mengatakan akan dilakukan kajian tentang dukungan regulasi, teknologi yang efisien dan terjangkau, bahan baku, insentif, dukungan infrastruktur hingga pengembangan industri yang mendukung.

"Pemerintah bersama Pertamina mengembangkan standalone green fuel untuk memproduksi green diesel, green gasoline dan green avtur," kata Dadan.

Strategi keempat, pengembangan hidrogenasi minyak sawit (HPO). Dia pun mengatakan hal ini dilakukan dengan bekerjasama dengan Pertamina, Pupuk Indonesia, ITB, BPDP-KS dan pemangku kepentingan lain akan mengembangkan kilang baru untuk green diesel.

"Diharapkan, pilot dan uji coba akan dilakukan tahun depan, di Desember 2021.

Strategi kelima, memanfaatkan lahan reklamasi atau bekas pertambangan bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara dan Pemerintah Daerah dalam mengidentifikasi lahan bekas tambang, serta bekerjasama dengan Kementerian Pertanian untuk menentukan komoditas yang paling cocok.

Lebih lanjut, Dadan menjelaskan diperlukan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan dalam pengembangan program bakar bakar nabati sesuai dengan roadmap yang telah dibuat.

Adapun sesuai dengan peta jalan biofuel, ditargetkan produksi biofuel akan mencapai sekitar 17,8 juta kiloliter di 2035. Ini merupakan kontribusi dari biodiesel, co-processing green diesel, standalone green diesel, co-processing green gasoline hingga standalone green gasoline.

Selanjutnya: Untuk mengganti 1 juta barel minyak dengan CPO, butuh lahan sawit 15 juta hektare

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×