kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemajuan digitalisasi merupakan kunci penguatan sistem keamanan perbankan


Kamis, 24 Juni 2021 / 08:30 WIB
Kemajuan digitalisasi merupakan kunci penguatan sistem keamanan perbankan

Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .

Direktur Eksekutif ICT Institute, sekaligus pengamat teknologi Heru Sutadi menilai, sama seperti sektor lainnya, keamanan siber juga harus diwaspadai.

"Dalam beberapa tahun belakangan, sebenarnya banyak perbankan yang dibobol penjahat siber. Keamanan data harus dilakukan secara ketat. Setidaknya mendapatkan ISO 27001, kemudian memasang firewall, berkala melakukan penetration test dengan menyewa para hacker, dan tentunya patroli keamanan jaringan 24/7. Dengan penetration test, Heru menyebut, yang berlubang bisa ditutup, yang bocor bisa ditambal," kata Heru kepada kontan.co.id.

Menurut Heru, pengawasan 24/7 membuat jika ada upaya masuk ke sistem segera bisa diusir atau dihalau. Kalaupun ada data yang diambil bisa diminimalisasi.

Hal yang sama diungkapkan Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Ebi Junaidi. Ia menilai, kekuatan sistem IT dari perbankan mutlak untuk ditingkatkan untuk kemudian menghadapi kemungkinan cyber crime yang terjadi dan pada saat yang sama nasabah sendiri perlu di diajarkan kehati-hatian bahwa mereka tidak membuka akun-akun keuangan mereka di komputer yang tidak aman.

"Ini yang baru-baru ini tersebar, ada kasus yang mengaku sebagai bagian dari Tim Covid kemudian meminta beberapa data tersebut terindikasi akan dipergunakan untuk membobol akun dan lain-lain dari pemilik sebelumnya," katanya.

Ebi menjelaskan, pengembangan yang harus dilakukan agar mencegah dari pembobolan dana nasabah, sebetulnya perbankan yang sangat berkepentingan dengan hal ini kemudian membuat nasabah berhati-hati.

Ia mencontohkan, di Inggris kita diinformasikan secara reguler mengenai perkembangan  perbankan yang sedang berlangsung jadi ketika ada satu kasus yang terjadi kemudian seluruh nasabah informasikan jika terjadi hal tersebut maka nasabah harus berhati-hati dengan kemungkinan yang terjadi.

"Bagaimana seharusnya standar keamanan di bank terutama di bank digital? bank langsung terlebih dahulu membayarkan seluruh dana yang hilang akibat transaksi-transaksi tersebut dan seluruh dana tersebut dikembalikan. Mereka sepertinya punya semacam akun yang bertindak sebagai cadangan untuk pembiayaan tersebut dan kemudian bank melakukan investigasi lanjut untuk kemudian mengetahui dana itu lari ke siapa atau terjadi fraud dan sebagainya jadi begitu kita melakukan hal tersebut bank kemudian secara default melakukan pengembalian dana. Ini yang menurut saya penting sekali," ungkap Ebi.

Baca Juga: Perkuat sistem keamanan digital, perbankan berlomba siapkan belanja modal IT

Menurutnya, ketika hal ini menjadi Golden Rule, ketika terjadi apa-apa dengan akun para nasabah maka uang yang telah dikeluarkan oleh bank tersebut untuk mengembalikan dana kepada nasabah itu menjadi beban kepada bank dan beban kepada bank tersebut itulah yang kemudian membuat bank mengetahui bahwasanya dia harus melakukan sesuatu terhadap hal ini. Baik melakukan investigasi Apakah hal tersebut benar-benar terjadi atau juga membangun sebuah sistem yang kebal terhadap kemungkinan terjadinya hackers cyber crime lainnya.

Bank dengan permodalan dan jaringan yang kuat sangat memiliki kapasitas untuk melakukan proteksi terhadap konsumen perbankan dibanding oleh masing-masing individu untuk kemudian mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi.

Oleh karenanya, perbankan harus bisa memberikan keyakinan kepada nasabah dengan penjagaan sistem keamanan perbankan dengan tetap memelihara kepercayaan masyarakat terhadap sistem ini bahwasanya sistem ini tidak mungkin di dirusak oleh hacker dan individu ataupun cyber crime.

Maka nasabah akan merasa terproteksi, dan pada saat yang sama bank melakukan alokasi yang serius terhadap permasalahan ini. Itulah yang kemudian membuat keyakinan masyarakat terhadap sistem ekosistem digital yang sedang berkembang di Indonesia ini bisa di pertahankan.

Jadi kalaupun ada kejadian terhadap tabungan perorangan ataupun cyber crime, bank memiliki kepentingan terhadap hal ini dan memiliki kemampuan yang lebih besar dibanding individu-individu ketika mereka mengalami kejadian yang tidak diinginkan.



TERBARU

×