Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) terus mengejar proyek energi terbarukan. Buktinya, perusahaan pelat merah ini mencatatkan tambahan pembangkit EBT sebesar 196,58 MW di semester I-2021.
Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PLN, Agung Murdifi mengungkapkan dengan beroperasinya tambahan kapasitas EBT tersebut, maka masih ada kebutuhan sekitar 278,42 MW yang harus dipenuhi untuk tahun ini.
"Target penambahan kapasitas EBT tahun 2021 sebesar 475 MW, sehingga masih terdapat target penambahan pembangkit EBT yang masuk tahap operasi komersial pada akhir tahun ini sebesar 278,42 MW," kata Agung kepada Kontan.co.id, Kamis (29/7).
Agung melanjutkan, hingga Juni 2021 realisasi bauran EBT dalam catatan PLN mencapai 12,9%. Diketahui, merujuk Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028, proyeksi bauran EBT untuk tahun 2021 adalah sebesar 12,17%.
Sebelumnya, PLN mencetak kinerja positif di paruh pertama tahun ini. Buktinya, perusahaan pelat ini berhasil mencetak kenaikan laba bersih menjadi Rp 6,6 triliun di semester I-2021.
Baca Juga: Semester I-2021, PLN raup laba bersih hingga Rp 6,6 triliun
Kenaikan laba bersih ini terjadi karena penjualan tenaga listrik PLN naik 3,75% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari Rp 135,4 triliun di semester I 2020 menjadi Rp 140,5 triliun.
Agung mengatakan, peningkatan kinerja ini didorong adanya program intensifikasi dan ekstensifikasi penjualan.
“Sepanjang Januari hingga Juni 2021, PLN berhasil menambah 1,65 juta pelanggan baru,” jelas Agung dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Rabu (28/7).
Selain ditopang oleh kenaikan penjualan tenaga listrik, pencapaian laba PLN juga diyakini didorong oleh efisiensi berkelanjutan. Agung bilang, keberlanjutan program transformasi yang dijalankan PLN sejak awal 2020 telah mampu menopang efisiensi perusahaan.
“Tercatat realisasi BPP (biaya pokok penyediaan) pada semester I-2021 sebesar Rp 1.303 per kWh atau turun 4,7% atau setara dengan Rp 65 per kWh dibandingkan semester I tahun 2020 yang sebesar Rp 1.368 per kWh,” pungkas Agung.
Selanjutnya: Kembangkan panas bumi, Pertamina Geothermal anggarkan investasi US$ 58,62 juta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News