Reporter: SS. Kurniawan | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Pandemi Covid-19 akan memasuki tahun ketiga. Salah satu pertanyaan utama yang muncul: kapan pandemi akan berakhir? Ini jawaban Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.
Memang, cakupan vaksin yang tinggi di beberapa negara, dikombinasikan dengan tingkat keparahan varian Omicron yang lebih rendah, mendorong narasi berbahaya: pandemi telah berakhir.
"Tapi tidak, tidak (berakhir) ketika 70 ribu orang dalam seminggu meninggal karena penyakit yang dapat dicegah dan diobati," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pidato di Konferensi Keamanan Munich, Jumat (18/2), yang salinannya Kontan.co.id peroleh.
"Tidak ketika 83% populasi Afrika belum menerima vaksin dosis tunggal. Tidak ketika sistem kesehatan terus tegang dan retak di bawah beban kasus," tegasnya.
"Tidak ketika kita memiliki virus yang sangat menular yang beredar hampir tidak terkendali, dengan pengawasan yang terlalu sedikit untuk melacak evolusinya," imbuh dia.
Baca Juga: 6 Gejala Umum Omicron Menurut Kemenkes, Varian yang Dominasi Kasus Covid-19
Bisa mengakhiri pandemi sebagai darurat kesehatan global
Faktanya, menurut Tedros, kondisinya saat ini ideal untuk kemunculan varian baru virus corona yang lebih menular dan lebih berbahaya.
"Tetapi, kita bisa mengakhiri pandemi sebagai darurat kesehatan global tahun ini. Kita memiliki alatnya. Kita memiliki pengetahuan," ungkapnya.
"Mengakhiri pandemi harus tetap menjadi fokus kita".
Tedros melihat, ada tiga pilar utama dari arsitektur global untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.
Pertama, dunia membutuhkan pemerintahan yang lebih kuat. Alih-alih kebingungan dan inkoherensi yang telah memicu pandemi, dunia membutuhkan kerjasama dan kolaborasi dalam menghadapi ancaman bersama, yang bisa mengatasi defisit kepercayaan.
Baca Juga: Peringatan WHO: Omicron Dominan, Jumlah Kematian di Indonesia Bisa Meningkat
Kedua, dunia membutuhkan sistem dan alat yang lebih kuat untuk mencegah, mendeteksi, serta merespons epidemi dan pandemi dengan cepat.
"Sudah, WHO telah mengambil langkah-langkah untuk membangun beberapa sistem dan alat ini, termasuk Pusat WHO untuk Pandemi dan Epidemic Intelligence di Berlin, untuk meningkatkan pengawasan global melalui intelijen kolaboratif," sebut Tedros.
Dan ketiga, dunia membutuhkan pembiayaan yang lebih kuat. "Jelas, bahwa secara nasional dan global, kita membutuhkan sumber daya yang substansial untuk memperkuat keamanan kesehatan global," ujarnya.
WHO memperkirakan, kebutuhan pembiayaan itu mencapai US$ 31 miliar per tahun. Sekitar US$ 20 miliar bisa berasal dari sumber daya domestik dan internasional, sehingga menyisakan kekurangan US$ 10 miliar per tahun.
"Untuk menutup kekurangan, untuk fungsi yang paling penting, seperti pengawasan, penelitian, dan pembentukan pasar untuk tindakan pencegahan, kami mendukung gagasan fasilitas pembiayaan khusus yang baru, berlabuh di, dan diarahkan oleh mandat konstitusional WHO, tata kelola inklusif, dan keahlian teknis," beber Tedros.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News