kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kapal perang AS dan Kanada kembali melalui Selat Taiwan, ini reaksi militer China


Selasa, 19 Oktober 2021 / 07:10 WIB
Kapal perang AS dan Kanada kembali melalui Selat Taiwan, ini reaksi militer China

Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -   BEIJING. Militer China pada hari Minggu (17/10) mengutuk Amerika Serikat (AS) dan Kanada karena kedua negara itu mengirim kapal perang mereka melalui Selat Taiwan yang sensitif pada pekan lalu.

China mengatakan kehadiran kapal perang AS dan Kanada itu mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.

Seperti diketahui, China mengklaim Taiwan, pulau yang diperintah secara demokratis itu sebagai wilayahnya dan telah melakukan misi angkatan udara berulang kali ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan selama setahun terakhir yang memicu kemarahan di Taipei.

China mengirim sekitar 150 pesawat ke zona itu selama periode empat hari yang dimulai pada 1 Oktober dalam meningkatkan ketegangan lebih lanjut antara Beijing dan Taipei yang telah memicu kekhawatiran internasional.

Baca Juga: Taiwan: Kami tidak akan memulai perang dengan China

Militer AS mengatakan kapal perusak rudal kelas Arleigh Burke USS Dewey berlayar melalui jalur air sempit yang memisahkan Taiwan dari tetangga raksasanya China bersama dengan fregat Kanada HMCS Winnipeg pada Kamis dan Jumat.

“Transit Dewey dan Winnipeg melalui Selat Taiwan menunjukkan komitmen Amerika Serikat dan sekutu serta mitra kami untuk Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” tambahnya seperti dilansir Reuters, Senin (18/10).

Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat China mengatakan pasukannya memantau kapal-kapal dan berjaga-jaga di sepanjang perjalanan mereka.

Baca Juga: China sebut latihan militer di dekat Taiwan ditujukan kepada kegiatan separatis

"Amerika Serikat dan Kanada berkolusi untuk memprovokasi dan menimbulkan masalah... sangat membahayakan perdamaian dan stabilitas Selat Taiwan," katanya.



TERBARU

×