kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.395.000 0,87%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Jika Blok Masela Tidak Produksi pada 1 Januari 2030, Begini Konsekuensinya


Sabtu, 02 September 2023 / 11:45 WIB
Jika Blok Masela Tidak Produksi pada 1 Januari 2030, Begini Konsekuensinya

Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menegaskan Blok Masela harus mulai berproduksi pada 1 Januari 2030. Jika tidak terlaksana, pemerintah akan mengevaluasi rencana pengembangan atau plan of development (PoD) salah satu ladang migas terbesar di Indonesia ini. 

“Pada 2030 tanggal 1 Januari (Blok Masela) sudah harus on-stream,” ujarnya ketika ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (1/9). 

Arifin menyatakan, jika tidak mencapai target tersebut, pemerintah akan mengevaluasi rencana pengembangan Blok Masela sebab sudah lebih dari 15 tahun WK Migas ini mangkrak. 

“Dari 15 tahun (proyek tidak jalan), kemarin kan janjinya 2027 kemudian Shell cabut sehabis itu pandemi Covid-19, ya oke lah. Ada sedikit pertimbangan sampai 2030 tanggal 1 sudah harus produksi,” tegasnya. 

Baca Juga: Pemerintah Minta Blok Masela Onstream 2029, Begini Rencana Pertamina

Arifin menyatakan, tenggat produksi Blok Masela akan mendukung target pemerintah mencapai target produksi minyak sebesar 1 juta barel dan gas 12 BSCFD pada tahun 2030. 

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto menegaskan setelah 2030, kemampuan dukungan industri hulu migas untuk pemenuhan kebutuhan gas domestik menjadi semakin kuat seiring dengan selesainya Proyek Abadi Masela yang dijadwalkan onstream di 2029. 

“Terkait gas, termasuk LNG (liquefied natural gas), sektor hulu migas berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri terlebih dulu,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (15/8). 

Dwi menyatakan, sejauh ini gas bumi yang diproduksikan oleh lapangan-lapangan migas di Indonesia sudah terserap sebesar 65% untuk sektor domestik. 

Dalam catatan Kontan.co.id, manajemen Pertamina juga sudah mengatur strategi supaya Blok Masela bisa berproduksi lebih cepat. 

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, permintaan untuk on-stream pada 2029 sejatinya lebih cepat dari estimasi yang dilakukan oleh konsorsium Masela yang terdiri dari Inpex Masela Ltd, PT Pertamina Hulu Energi Indonesia dan Petronas Masela Sdn. Bhd.

“Terakhir di Inpex akan mulai beroperasi di tahun 2031, tetapi aspirasi pemerintah harus dipercepat ke tahun 2029. Hari-hari ini dengan konsorsium sedang mendetailkan operasi di 2029," kata Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI, Rabu (30/8).

Nicke menjelaskan, rencana eksekusi sudah dilakukan oleh konsorsium meliputi pengembangan, eksplorasi dan lainnya.

Baca Juga: Indonesia Perlu Percepat Pengembangan Lapangan Migas untuk Penuhi Kebutuhan Domestik

Salah satu poin yang menjadi fokus yakni memasukan rencana implementasi Carbon Capture Utilization & Storage (CCUS) dalam revisi rencana pengembangan (Plan of Development/POD) Masela.

Nicke turut menjelaskan, salah satu pertimbangan Pertamina baru memutuskan  masuk dalam pengembangan Masela yakni karena gas merupakan salah satu komoditas yang diperlukan sebagai bahan bakar transisi energi.

Pengelolaan Blok Masela diyakini dapat mewujudkan target untuk menjaga ketahanan suplai gas.

Selain itu, Pertamina memastikan nantinya pengembangan Blok Masela bakal mengombinasikan pengembangan darat dan laut.

"Untuk eksplorasinya di offshore, untuk produksi dan penyimpanan gas menggunakan floating LNG Plant di onshore, nanti CCUS di onshore. Ini kita yakini (menjadi) cara paling cepat, paling efisien dan efektif mengakomodasi semua aspirasi yang ada," pungkas Nicke.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×