kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investor Singapura gencar ekspansi bisnis perbankan di Indonesia


Sabtu, 27 Februari 2021 / 09:00 WIB
Investor Singapura gencar ekspansi bisnis perbankan di Indonesia

Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asal Singapura nampaknya sedang gencar menjajal bisnis perbankan di Tanah Air. Yang terbaru misalnya, GIC Private Limited, yang merupakan lembaga pengelola dana pemerintah Singapura ikut berkomitmen dalam aksi rights issue PT Bank Jago Tbk (ARTO). 

Lewat pembelian sebagian saham rights issue milik PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dan PT Dompet Karya Anak Bangsa (DKAB) GIC bakal masuk sebagai jajaran pemegang saham di bank yang berniat untuk menjadi bank digital di Tanah Air. 

Rencananya, setelah aksi korporasi penerbitan saham baru itu, GIC akan mengempit setidaknya 9,67% saham bank Jago.

Berangkat dari prospek itu, artinya porsi kepemilikan MEI akan susut dari 37,65% menjadi 29,81% dan kepemilikan DKAB turun menjadi 21,4% dari sebelumnya 22,16%. 

Arief Harris, Wakil Direktur Utama PT Bank Jago Tbk menyatakan dengan aksi rights issue yang akan dilaksanakan Maret 2021 ini, maka basis investor Bank Jago akan bertambah. Setidaknya ada dua keuntungan yang akan mereka dapat.

Pertama, modal akan bertambah dari sebelumnya Rp 1,3 triliun di April 2020, menjadi Rp 8 triliun. 

"Kedua, bank akan lebih real public, dimiliki masyarakat. Secara transparansi, good corporate governance (GCG) akan lebih baik, karena akan lebih banyak yang mengawasi. Nasabah pun akhirnya akan merasa lebih nyaman menyimpan uang di bank ini," tutur Arief Harris.

Baca Juga: OJK harap bank syariah lain mengikuti jejak Bank Syariah Indonesia

Adapun, lewat aksi penambahan modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) ini Bank Jago memproyeksikan bisa meraup dana tambahan sebesar Rp 7,05 triliun. Praktis, dengan dana sebesar itu maka modal inti Bank Jago sudah bisa masuk dalam kategori bank BUKU III dengan jumlah modal di atas Rp 5 triliun. 

Sementara itu, Arief menambahkan sebagian besar dana atau 97% dari hasil rights issu bakal dipakai untuk menunjang ekspansi usaha. Sedangkan sisanya dialokasikan untuk investasi infrastruktur di bidang teknologi informasi (TI) serta pengembangan sumber daya manusia (SDM). 

Bank Jago juga bukan menjadi satu-satunya bank dalam negeri yang mendapat investor dari Singapura. Sea Group, induk usaha e-commerce Shopee juga sudah mencaplok saham mayoritas di PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE) yang kini telah resmi berganti nama menjadi PT Bank Seabank Indonesia (Seabank). 

Perseroan mengatakan, pihaknya akan hadir meramaikan persaingan bank digital di Tanah Air, bisnis yang saat ini sedang ramai diperbincangkan.

Kabarnya, Sea Group telah mengambilalih saham Bank BKE pada tahun lalu, dari pengusaha nasional Setiawan Ichlas lewat kendaraan bisnisnya Danadipa. 

Adapun, dalam laman resmi Bank BKE, saat ini pemegang saham perseroan masih tercatat 94,95% dimiliki PT Danadipa Artha Indonesia dan 5,05% dipegang oleh PT Koin Investama Nusantara. Perubahan nama Bank BKE menjadi Seabank ini juga sudah mendapat persetujuan efektif dari OJK sejak 10 Februari 2021. 

OJK juga tengah menerima permohonan bank ini untuk konversi menjadi bank digital. Saat ini, OJK masih menggodok aturan bank digital. 
Pendirian bank digital bakal dibagi menjadi dua jenis. Pertama, bank baru yang akan beroperasi full secara digital. Kedua, transformasi bank eksisting menjadi bank digital. 
"Transformasi bank eksisting jadi bank digital Sea Group melalui BKE, Bank Jago, dan Bank BCA mentransformasikan Bank Royal jadi bank digital," kata Anung Herlianto Direktur Eksekutif Kepala Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK.

Jauh sebelum kedua investor tersebut, investor Singapura juga sudah lama masuk dalam bisnis perbankan di Indonesia. PT OCBC NISP Tbk misalnya yang 85,08% sahamnya dimiliki oleh OCBC Overseas Investments Pte Ltd milik OCBC Bank Singapura. OCBC Group juga menjadi salah grup keuangan terbesar di Singapura dan Asia Tenggara.

Selain OCBC, pemain lama asal Singapura yakni DBS Bank juga tercatat sebagai pemegang saham pengendali di PT Bank DBS Indonesia lewat kepemilikan saham sebesar 99%. DBS Bank pun saat ini merupakan bank terbesar di Asia Tenggara dari segi aset maupun kapitalisasi pasar.

Selanjutnya: Bank BKE berganti nama menjadi SeaBank Indonesia, akan ramaikan bisnis bank digital

Tidak ketinggalan, United Overseas Bank atau lebih dikenal UOB Bank juga punya bisnis perbankan di Indonesia melalui kepemilikan 98,99% di PT Bank UOB Indonesia. 

Lagi-lagi, bank asal Singapura ini juga merupakan bank terbesar ketiga di Asia Tenggara. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

×