kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investor hulu migas ramai-ramai hengkang dari pengelolaan blok migas tanah air


Rabu, 02 Juni 2021 / 10:45 WIB
Investor hulu migas ramai-ramai hengkang dari pengelolaan blok migas tanah air

Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

Pada kurun 2023-2026 akan dilakukan masa transisi dimana ConocoPhillips masih akan menjadi operator. Namun setelah periode tersebut, operatorship akan berpindah ke Pertamina. Selain itu, pada PSC yang baru nantinya juga bakal terjadi perubahan besaran PI untuk tiap KKKS yakni Pertamina Hulu Energi Corridor 30%, ConocoPhillips 46% dan Repsol 24%.

Rencana hengkangnya ConocoPhillips menambah panjang daftar perusahaan migas global yang hengkang dari Indonesia. Sebelumnya, pada Juli 2020 Royal Dutch Shell Plc (Shell) berencana mundur dari Proyek Gas Abadi Blok Masela. Shell yang memegang hak partisipasi 35% pun kini masih mencari calon pengganti.

Investor migas lain yang juga berniat hengkang yakni PT Chevron Pacific Indonesia yang bakal melepas hak partisipasi di Blok Indonesia Deep Water Development (IDD).

Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno bilang pencarian mitra untuk Blok Masela ditargetkan bisa rampung akhir tahun ini. "Shell memang sedang berproses untuk mencari pengganti sampai akhir tahun ini. Chevron pun demikian. Hal yang biasa dalam dunia usaha," kata Julius kepada Kontan.co.id, Selasa (1/6).

Julius menambahkan dengan proses yang masih berlangsung maka pencarian mitra menjadi urusan business to business antara perusahaan migas. Proses ini juga dinilai memang memakan waktu. Selain itu, dalam situasi ini Julius memastikan pemerintah tak bisa melakukan intervensi pada proses b to b yang sedang berlangsung.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai niatan ConocoPhillips dan investor migas lainnya untuk hengkang perlu menjadi perhatian pemerintah.

"Bagaimanapun pelaku dalam negeri seperti Pertamina memerlukan mitra. Mitra yang paling baik tentu para KKKS yang berpengalaman di Indonesia. Salah satunya seperti ConocoPhillips," kata Komaidi kepada Kontan.co.id, Selasa (1/6).

Komaidi menambahkan, dengan kondisi ini maka perlu ada introspeksi dari pemerintah mengenai penyebab perginya KKKS satu per satu dari Indonesia.

Selanjutnya: SKK Migas: ConocoPhillips Ingin Lepas Hak Partisipasi di Blok Corridor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×