kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   0,00   0,00%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Insentif untuk sektor ritel disambut positif APPBI, Hippindo dan Aprindo


Senin, 26 April 2021 / 09:45 WIB
Insentif untuk sektor ritel disambut positif APPBI, Hippindo dan Aprindo

Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ritel menjadi salah satu sektor usaha yang paling telak terdampak pandemi covid-19. Pemerintah pun berencana memberikan insentif bagi pusat perbelanjaan atau mall untuk mempercepat pemulihan di industri ritel.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja menyampaikan, secara umum ada dua jenis insentif yang diperlukan pelaku usaha. Yakni insentif untuk mendongkrak penjualan serta insentif untuk meringankan beban pelaku usaha.

Menurutnya, insentif berupa pembebasan sementara pajak penjualan diharapkan dapat meningkatkan penjualan yang sudah lebih dari setahun ini merosot tajam. Pembebasan sementara pajak-pajak yang bersifat final akan meringankan beban pelaku usaha yang sudah dalam kondisi terpuruk sejak pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia pada tahun lalu.

"Jadi dengan kedua jenis insentif tersebut maka diharapkan dapat segera mendongkrak penjualan dan sekaligus juga menyelamatkan pelaku usaha yang sudah mulai bertumbangan sejak tahun lalu yang masih terus berlangsung sampai dengan saat ini," kata Alphon saat dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (24/4).

Baca Juga: Temui Jokowi, Hippindo bawa sejumlah usulan ini untuk memulihkan sektor ritel

Dia menyampaikan, pada Kuartal I-2021 ini memang ada peningkatan kunjungan ke pusat perbelanjaan. Namun secara umum untuk periode Januari-Maret 2021 rata-rata tetap masih berada di bawah 50%.

Dari sisi tenant, sejak tahun lalu sampai dengan sekarang tingkat okupansi di pusat perbelanjaan secara rerata berkurang sekitar 10%-20% akibat para penyewa yang menutup usahanya. Ditambah dengan minimnya Penyewa yang membuka usaha ataupun membatalkan rencana usaha baru karena menunggu perkembangan perekonomian ke depan.

"Memang benar sudah ada mulai pertumbuhan tapi masih jauh karena total pertumbuhan yang terjadi selama ini hanya baru bisa sebatas mengurangi minus-nya saja," terang Alphon.

Dihubungi terpisah, Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah menyampaikan, meruginya sejumlah perusahaan supermarket-hypermarket skala besar menjadi gambaran keterpurukan industri ritel dan penyewa pusat perbelanjaan pada tahun lalu. Kata dia, penurunan setiap segmen memang berbeda.

Untuk restoran dan fashion misalnya, penurunan omzet pada tahun lalu mencapai 80%. Untuk bioskop, bahkan menyentuh 90%. Sedangkan penyewa mall seperti tempat permainan anak bahkan harus tutup sepanjang tahun.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×