Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto
2. Tak semua masker efektif cegah penularan
Melindungi diri dengan masker memang lebih baik daripada tidak sama sekali. Tapi, memakai masker juga bukan jaminan kita tak tertular virus corona, terutama jika kita menggunakan masker kain yang dibuat sendiri di rumah. "Secara keseluruhan, masker kain buatan sendiri dan bandana tidak memberikan perlindungan yang meyakinkan," kata penyedia layanan darurat di wilayah Los Angeles, Lili Barsky.
Sebabnya, masker tidak melindungi mata kita. Padahal, penularan virus juga berpotensi lewat mata. Selain itu, partikel-partikel Covid-19 juga sangat kecil dan masih mungkin masuk melalui masker-masker tersebut atau bahkan masker medis yang longgar atau tidak memberikan perlindungan 100 persen.
Baca juga: Pengunjung pasar Tanah Abang melonjak hampir 200% dari kapasitas
3. Banyak orang menggunakan masker dengan cara yang salah
Masker memang bisa mengurangi tetesan pernapasan (droplet) terinfeksi yang kita hirup. Sayangnya, banyak orang menggunakan masker secara tidak tepat. Misalnya, menggunakan masker yang ukurannya tidak pas atau sering menurunkan maskernya ke dagu.
Orang-orang yang terbiasa mengenakan masker seperti itu masih punya risiko tertular yang cukup besar. Apalagi jika berada di tengah kerumunan.
Seperti diberitakan Kompas.com pada 4 Desember 2020, pakar penyakit menular dan peneliti senior di Johns Hopkins Center for Health Security, Amesh A. Adalja, MD, mengatakan, jika masker tidak digunakan secara tepat, seseorang akan rentan menghirup partikel yang didapatkannya dari luar, atau jika dia adalah orang yang sedang sakit, maka dia rentan menularkannya ke orang lain.
"Memakainya dengan cara yang tidak tepat pada dan tidak menutupi mulut dan hidung tidak akan memberikan manfaat apapun," kata Dr. Adalja.
Masker juga harus terus dalam keadaan steril dan bebas dari kontaminan lingkungan, termasuk yang mungkin ada di kulit atau tangan kita. Sementara, menurunkan masker dan memasangnya kembali dapat melibatkan banyak sentuhan yang dilakukan secara berulang. "Untuk memindahkannya ke dagu kita tentu harus menyentuhnya dan itu dapat mengotori (masker)," kata Adalja.