Sumber: Forbes | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pengusaha kosmetik asal China, Huang Jinfeng, masuk daftar baru miliarder dunia setelah startup kecantikan dan e-commerce miliknya, Yatsen Holding, go public di bursa Amerika Serikat (AS).
Saham perusahaan yang berbasis di Guangzhou, China, dan menjual merek kecantikan Perfect Diary, Little Ondine dan Abby's Choice, melonjak 75% dalam debut perdagangannya di Bursa Efek New York.
Yatsen Holding yang mengumpulkan dana US$ 617 juta melalui penawaran umum perdana, sekarang memiliki nilai pasar US$ 7,8 miliar. Salah satu pendiri dan CEO Yatsen Holding, Huang Jinfeng yang berusia 37 tahun memiliki kekayaan bersih US$ 3 miliar yang berasal dari 25% kepemilikannya di perusahaan, menurut perkiraan Forbes.
Didirikan hanya empat tahun lalu, Yatsen berhasil menonjol di pasar kecantikan China melalui harga yang kompetitif dan strategi media sosial yang cerdas. Strategi Yatsen ini memotong distributor untuk menjual produk seperti eye shadow seharga US$ 4,5 dan eyeliners langsung ke konsumen muda.
Baca Juga: Warren Buffett: Keajaiban dan sihir Amerika selalu menang
Perusahaan tersebut bekerja dengan selebriti dan influencer untuk memasarkannya di platform media sosial seperti aplikasi video pendek Douyin dan Sina Weibo yang setara dengan twitter di China.
Meskipun pemasaran digital seperti itu bukanlah hal baru, Yatsen telah menjadi pemimpin dan "pesaing yang layak" untuk merek-merek barat yang lebih mapan seperti L’Oreal, kata Sofya Bakhta, seorang analis di firma riset Daxue Consulting yang berbasis di Shanghai.
Yatsen dengan cepat membangun kesadaran merek dan reputasi di pasar lokal.
"Merek ini menawarkan harga yang sangat terjangkau, melakukan pemasaran yang kuat, dan di atas itu, merek domestik China, yang membangkitkan rasa bangga dan patriotik di antara pelanggan China," ujar Bakhta
Tahun lalu, pendapatan Yatsen melonjak hampir lima kali lipat menjadi US$ 446 juta dari 2018, menurut prospektusnya. Tetapi perusahaan ini tidak kebal terhadap pandemi.
Sebanyak 200 toko Yatsen pernah terpaksa tutup di tengah aturan karantina yang ketat, dan masih menghadapi sentimen dan pengeluaran konsumen yang lebih lemah karena ekonomi China secara bertahap pulih.
Yatsen melaporkan kerugian US$ 170 juta selama kuartal III 22020 dibandingkan dengan laba US$ 4,4 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Salip Mark Zuckerberg, kini ELon Musk jadi orang terkaya ke-4 dunia