Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) terus meningkatkan perannya dalam menggerakkan perekonomian nasional dengan mengembangkan strategi untuk memenuhi energi nasional secara berkelanjutan dalam rangka mengurangi impor minyak dan gas.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan, grand strategy energy nasional dikembangkan dari rencana pemerintah untuk mewujudkan ketahanan energi nasional yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No 79 Tahun 2014 mengenai kebijakan energi nasional. Saat ini, posisi Indonesia masih berada di level 6,57 atau status Tahan.
“Ini menjadi tantangan bagaimana kita tingkatkan lagi posisinya menjadi Sangat Tahan. Inilah yang mendasari pemerintah untuk menyusun grand strategy energy nasional,” ungkap dia dalam siaran pers yang diterima Kontan, Rabu (23/12).
Baca Juga: Pertamina EP Asset 1 Lirik Field gunakan layanan premium platinum ekstra dari PLN
Lebih lanjut, Nicke menguraikan, dengan visi untuk mewujudkan ketahanan energi nasional, maka tantangannya adalah meningkatkan produksi migas, menurunkan impor baik minyak maupun LPG, serta membangun infrastruktur baik untuk migas maupun ketenagalistrikan. Dari ketiga hal tersebut, pemerintah menyusun 11 program yang sebagian besar bertujuan menurunkan impor dan memaksimalkan pengolahan sumber daya alam yang banyak dimiliki oleh Indonesia.
Sebagai BUMN di sektor Energi, Pertamina mendapat tanggung jawab menjalankan program tersebut dengan berupaya meningkatkan produksi minyak 1 juta bopd dan akuisisi lapangan minyak luar negeri untuk kebutuhan kilang. Amanah ini harus dijalankan mengingat saat ini kontribusi sektor hulu Pertamina tercatat sebesar 40% sedangkan di tahun depan akan mencapai 60% sehingga akan sangat dominan.
“Dengan peran sebagai BUMN untuk mendorong pertumbuhan energi nasional, maka investasi Pertamina ke depan tentu akan disesuaikan dengan grand strategy energi pemerintah ke depan. Kalau kita bicara tentang hulu energi, 60% investasi akan dilakukan di hulu energi,” imbuh Nicke.
Dia menambahkan, Pertamina juga meningkatkan kapasitas kilang dalam rangka optimalisasi produk BBM dan memperbaiki kualitas BBM dan Naptha. Untuk mengantisipasi penurunan permintaan terhadap BBM, Pertamina mengintegrasikan kilang petrochemical, mengingat saat ini produk tersebut masih diimpor hingga 70%.
Lalu, dalam rangka menjawab era transisi energi, Pertamina akan mempercepat pemanfaatan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) yang didominasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan meningkatkan produksi Bahan Bakar Nabati (BBN) seperti biodiesel atau biohidrokarbon.
Baca Juga: Begini perkembangan bisnis Energi Mega Persada (ENRG) di luar negeri
Menurut Nicke, transformasi energi ke depan bakal ke arah new and renewable energy. Sesuai arahan pemerintah, biodiesel merupakan salah satu yang akan terus dikembangkan Pertamina ke depan sehingga perusahaan ini bisa mengoptimalkan kelapa sawit yang berlimpah di Indonesia.
“Selain harus melakukan eksplorasi dari sisi migas, kita juga akan meningkatkan kontribusi dari bioenergi. Setelah Biodiesel (B30) dan tahun depan akan masuk ke B40, Pertamina juga akan masuk ke Biogasoline yang kebutuhannya cukup tinggi,” tegasnya.