kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Ini kata pengamat dan pelaku industri properti soal penurunan suku bunga


Selasa, 24 November 2020 / 08:00 WIB
Ini kata pengamat dan pelaku industri properti soal penurunan suku bunga

Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 3,75% yang terjadi ditetapkan saat Rapat Dewan Gubernur BI pekan lalu dinilai belum mempengaruhi bisnis para pengembang properti tanah air.

Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Real Estate Indonesia (REI) Totok Lusida menyampaikan, bisnis properti erat kaitannya dengan kondisi makroekonomi Indonesia.

Selama perekonomian nasional belum pulih, maka minat masyarakat terhadap properti cenderung stagnan, bahkan berpotensi turun.

Lantas, penurunan suku bunga acuan tidak langsung berdampak ke sektor properti selama kebijakan tersebut belum mampu mengangkat kondisi ekonomi dalam negeri.

“Pihak perbankan juga belum menurunkan suku bunga KPR karena masih mempertimbangkan dulu kondisi ekonomi,” ujar dia, Senin (23/11).

Baca Juga: Sektor properti mulai bangkit, simak rekomendasi saham APLN

Oleh karena itu, peran pemerintah sangat dinanti dalam mendongkrak kembali roda perekonomian Indonesia yang tertekan selama masa pandemi Covid-19.

Adanya Undang-Undang Cipta Kerja juga diharapkan dapat membantu pemulihan ekonomi di masa pandemi, meski hal tersebut perlu dibarengi dengan sejumlah penerbitan peraturan pelaksana.

 “Kami juga telah meminta pemerintah terkait kebijakan penundaan pembayaran angsuran pokok atau bunga KPR dan kebijakan sunset policy di sektor properti,” ungkap Totok.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda bilang, saat ini tren penurunan suku bunga acuan belum sepenuhnya direspons dengan penurunan suku bunga KPR. Padahal, penurunan tersebut seharusnya bisa menjadi salah satu stimulus utama di pasar properti.

 “Kalau suku bunga KPR turun, maka penjualan properti diyakini akan meningkat sejakan dengan naiknya daya beli masyarakat karena cicilan per bulan akan semakin rendah,” paparnya.

Terlepas dari itu, ia menilai bahwa pasar properti Indonesia masih tetap diminati, terutama untuk properti jenis rumah tapak atau landed house yang cukup potensial.



TERBARU

×