Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana bakal melakukan lelang ulang untuk Blok East Natuna.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengungkapkan, lelang ulang bakal dilakukan pasca pengembalian blok tersebut oleh Pertamina tuntas.
"Kalau kami tidak cepat mengambilnya saat ini, forget it! Tinggalkan saja karena ke depan, 10 hingga 20 tahun mendatang sudah masanya renewable energy," kata Tutuka dikutip dari keterangan resmi, Rabu (30/11).
Tutuka menjelaskan, pemerintah sedang memproses pengembalian blok tersebut ke negara. Nantinya, lelang terbuka akan dilakukan terutama untuk D-Alpha.
Blok East Natuna rencananya akan dibagi menjadi 3 blok, di mana D-Alpha merupakan blok migas yang paling besar.
Baca Juga: Jambaran Tiung Biru Akan Jadi Tulang Punggung Energi Gas Nasional
Proses pengembalian Blok East Natuna ke negara diharapkan rampung tahun ini, sehingga lelang ulang dapat dilakukan pada awal tahun depan. “Kalau bisa selesai tahun ini, awal tahun depan kami umumkan lelangnya,” katanya.
Untuk menarik investor, Pemerintah juga tengah menggodok insentif khusus blok tersebut. "Insentif untuk East Natuna mesti signifikan. Kami sedang hitung, tapi harus menarik sekali,” imbuh Dirjen Migas.
Blok East Natuna ditemukan tahun 1973 dan hingga saat ini masih belum dikembangkan. Blok East Natuna menyimpan potensi sebesar trilion cubic feet (Tcf) dengan potensi gas yang recoverable sebesar 46 Tcf. Kendala utama pengembangan blok ini adalah kadar CO2 yang mencapai 72%.
Blok ini semula dikelola ExxonMobil dan mendapatkan hak kelolaannya tahun 1980. Namun lantaran tidak ada perkembangan, pada tahun 2007 kontraknya dihentikan. Setahun kemudian yaitu tahun 2008, East Natuna diserahkan pengelolaannya ke PT Pertamina.
Baca Juga: Pertamina Lubricants Targetkan Penjualan 550.000 KL pada 2022
Selanjutnya, ExxonMobil, Total dan Petronas, bergabung. Posisi Petronas kemudian digantikan PTT Exploration and Production (PTT EP) tahun 2012. Sayangnya tahun 2017 konsorsium ini bubar dengan alasan tidak ekonomis dan menyisakan PT Pertamina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News