kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.922   8,00   0,05%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

IMF: 2023 akan Menjadi Tahun yang Sulit bagi Ekonomi Global


Sabtu, 14 Januari 2023 / 06:00 WIB
IMF: 2023 akan Menjadi Tahun yang Sulit bagi Ekonomi Global

Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID -  WASHINGTON. Dana Moneter Internasional (IMF) diperkirakan tidak akan memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi global sebesar 2,7% pada tahun 2023. 

Melansir Reuters, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan 2023 akan menjadi "tahun yang sulit" lagi bagi ekonomi global. Menurutnya, inflasi masih tetap membandel, tetapi dia tidak memprediksi satu tahun lagi penurunan tajam seperti yang terlihat pada tahun lalu, kecuali perkembangan yang tidak terduga.

"Pertumbuhan terus melambat pada 2023," katanya kepada wartawan di kantor pusat IMF di Washington. 

Dia menambahkan, "Gambaran yang lebih positif adalah ketahanan pasar tenaga kerja. Selama orang bekerja, meskipun harga tinggi, orang akan berbelanja ... dan itu membantu kinerja."

Dia menambahkan bahwa IMF tidak mengharapkan penurunan peringkat yang besar. "Itu kabar baiknya."

Georgieva mengatakan, IMF memperkirakan perlambatan pertumbuhan global akan menyentuh level bottom dan akan berbalik menjelang akhir 2023 dan awal 2024.

Georgieva mengatakan ada banyak harapan bahwa China - yang sebelumnya menyumbang sekitar 35% hingga 40% dari pertumbuhan global, tetapi memiliki hasil yang "mengecewakan" tahun lalu - akan sekali lagi berkontribusi pada pertumbuhan global. Kemungkinan hal itu terjadi mulai pertengahan 2023. 

Baca Juga: Bank Dunia Ramal Ekonomi Global Hanya Tumbuh 1,7% di 2023

Tapi, menurutnya, itu bergantung pada Beijing yang tidak mengubah arah kebijakan dan tetap berpegang pada rencananya untuk membalikkan kebijakan nol-COVID.

Tetapi Georgieva mengatakan ketidakpastian besar tetap ada, termasuk peristiwa iklim yang signifikan, serangan siber besar atau bahaya eskalasi perang Rusia di Ukraina, misalnya melalui penggunaan senjata nuklir.

"Kita sekarang berada di dunia yang lebih rentan terhadap guncangan dan kita harus berpikiran terbuka bahwa mungkin ada perubahan risiko yang bahkan tidak kita pikirkan," katanya. "Itulah inti dari tahun-tahun terakhir. Hal yang tak terpikirkan telah terjadi dua kali."

Dia mengutip kekhawatiran tentang meningkatnya kerusuhan sosial di Brazil, Peru dan negara-negara lain, dan dampak pengetatan kondisi keuangan yang masih belum jelas.

"Tetapi inflasi tetap menjadi momok dan bank sentral harus terus menekan stabilitas harga," tambahnya.

Baca Juga: Inilah Kondisi Ekonomi 3 Negara Asia yang Jadi Pasien IMF, Seperti Apa?



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×