Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sebelumnya berhasil menggarap proyek sistem transportasi rel angkutan cepat di Jakarta dalam Proyek MRT CP 106 rute Dukuh Atas – Bundaran HI, tahun ini PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya) kembali dipercaya oleh PT MRT Jakarta (Perseroda) (MRT Jakarta) untuk menggarap Fase 2A rute (Bundaran HI – Kota) sepanjang 6,3 kilometer.
Penandatanganan Kontrak Proyek MRT Fase 2A CP 203 tersebut dilakukan antara MRT Jakarta dan Kontraktor Sumitomo Mitsui Construction Company Jakarta (SMCC) dan Hutama Karya Join Operation (SMCC-HK JO) pada Selasa (20/4).
Direktur Operasi I Hutama Karya, Novias Nurendra mengatakan, pembangunan fase 2 merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN). Hal ini berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategi Nasional.
“Pembangunan fase 2 dibagi menjadi 3 paket, dimana Hutama Karya bersama SMCC akan bekerja sama dalam pembangunan dengan konstruksi underground (bawah tanah) yang nantinya akan terkoneksi langsung dengan halte busway Transjakarta. Total masa konstruksi akan berlangsung selama 72 bulan yang ditargetkan rampung pada September 2027 mendatang,” ujar Novias dalam keterangan tertulisnya, Selasa (27/4).
Baca Juga: Begini kata Hutama Karya terkait aturan pemindahan aset BUMN ke LPI
Lebih lanjut Ia menyampaikan, bahwa hal yang menarik dari proyek ini adalah design dan build dengan masa konstruksi kurang lebih 5 tahun. Sebab, bersinggungan langsung dengan cagar budaya, pusat bisnis, dan transportasi.
Pembangunan paket kontrak tersebut juga akan terintegrasi dengan penataan konsep kota tua yaitu mengedepankan penataan area pejalan kaki dan manajemen rekayasa lalu lintas. Sehingga HK selaku pihak kontraktor sendiri akan berkoordinasi penuh dengan dinas terkait dan masyarakat sekitar demi memperlancar pelaksanaan pekerjaan.
"Dalam proyek senilai 4,6 Triliun ini Hutama Karya dan SMCC telah melakukan pembagian tugas, dimana dalam pengerjaannya Hutama Karya akan menggunakan teknologi dalam pembuatan terowongan yaitu dengan metode TBM (Tunnel Boring Machine). Mesin TBM tersebut akan difabrikasi langsung dari Jepang, dan akan dikirim ke Indonesia dengan menggunakan kontainer melalui jalur laut, kemudian diinstalasi setelah tiba di lokasi," terang Novias.