Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatatkan realisasi investasi hulu migas mencapai US$ 5,7 miliar atau setara Rp 84,93 triliun (asumsi kurs Rp 14.900/USD) sampai dengan semester I 2023.
Wakil Kepala SKK Migas, Nanang Abdul Manaf menjelaskan, investasi hulu migas di semester I 2023 sebesar US$ 5,7 miliar ini lebih tinggi dibandingkan semester I 2022 yang senilai US$ 4,7 miliar.
“Namun realisasi investasi hulu migas baru mencapai 77% dari target yang ditetapkan di semester I 2023 sebesar US$ 7,4 miliar. Ini juga sudah disampaikan dari sisi pelaksanaan program belum mencapai sesuai target,” jelasnya di Gedung Wisma Mulia, Selasa (18/7).
Nanang menyampaikan, investasi sampai dengan pertengahan tahun ini terkendala pengeboran sumur karena safety stand-down (SSD), ketersediaan rig, dan tenaga kerja.
Baca Juga: Realisasi Lifting Minyak dan Salur Gas pada Semester I Belum Capai Target
Dia menjelaskan, di awal tahun ini beberapa pengerjaan investasi tertunda akibat pengeboran pengembangan di area sangat sibuk seperi Pertamina Hulu Rokan (PHR) beberapa kali terjadi kejadian fatal yang kemudian dilakukan penghentian seluruh aktivitas rig di Pertamina Group untuk asesmen dan inspeksi.
“Ternyata sebagaian rig tidak bisa digunakan lagi, jadi harus melalui perbaikan, melengkapi peralatan safety untuk menghindari kecelakaan yang sama,” jelasnya.
Akibat kejadian itu, Nanang mengungkapkan, saat ini Indonesia dalam posisi kekurangan rig. Oleh karena itu, SKK Migas mengupayakan penambahan rig yang sesuai standar keamanan.
Meski demikian, Nanang mengatakan, investasi hulu migas di sepanjang tahun ini akan lebih agresif dan masif dibandingkan tahun lalu.
Di 2023, target investasi hulu migas yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 sebesar US$ 15,54 miliar atau lebih tinggi 28% dari realisasi investasi di 2022 sebesar US$ 12,1 miliar.
Selain capaian investasi yang tidak mencapai target, realisasi cost recovery di pertengahan tahun ini sebesar US$ 3,07 miliar atau 71% dari target semester I 2023 senilai US$ 4,3 miliar.
Di sepanjang tahun ini target cost recovery yang ditetapkan dalam APBN 2023 sebesar US$ 8,25 miliar.
Adapun dari sisi penerimaan negara, SKK Migas mencatatkan hulu migas menyumbang US$ 6,75 miliar atau 91% dari target semester I 2023 senilai US$ 7,4 miliar.
Baca Juga: Harga Turun, Nilai Ekspor CPO, Batubara dan Besi Baja Indonesia Menyusut
Nanang menjelaskan, belum tercapainya target penerimaan negara dari hulu migas ini karena adanya perbedaan asumsi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) 2023 dan realisasi.
“Asumsi (ICP APBN 2023) sebesar US$ 90 per barel sedangkan realisasi US$ 65 per barel, jadi ada deviasi asumsi APBN dengan realisasi rerata sampai semester I 2023,” ujarnya.
Maka itu, pencapaian penerimaan negara dari hulu migas hanya 69,6% dari pencapaian semester I 2022 sebesar US$ 9,7 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News