kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hingga Semester I, Investasi Dana Pensiun BTN ke SBN Capai Rp 485,35 Miliar


Jumat, 18 Agustus 2023 / 20:41 WIB
Hingga Semester I, Investasi Dana Pensiun BTN ke SBN Capai Rp 485,35 Miliar
ILUSTRASI. Ilustrasi dana pensiun. KONTAN/Muradi/2017/01/05

Reporter: Ferry Saputra | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat portofolio investasi dana pensiun masih didominasi instrumen Surat Berharga Negara (SBN) pada semester I-2023. Terkait hal itu Dana Pensiun PT Bank Tabungan Negara (BTN) menyebut SBN menjadi salah satu instrumen terbesar dalam portofolio investasi.

Direktur Utama Dapen BTN Mas Guntur Dwi Sulistyanto menyampaikan per 30 Juni 2023, investasi Dana Pensiun BTN untuk SBN sebesar Rp 485,35 miliar atau 22,58% dari total investasi. 

"Porsi SBN tersebut menjadi terbesar ke-2 setelah investasi obligasi yang sebesar 35,31% atau Rp 759,09 miliar," ungkapnya.

Guntur menerangkan pihaknya memilih SBN dengan pertimbangan investasi sangat aman dengan tingkat risiko rendah. Selain itu, dapat dipadukan dengan kewajiban program pensiun atau Asset Liability Management (ALM). Pertimbangan lainnya, yakni potensi hasil dari pergerakan harga di pasar sekunder dengan pencatatan AFS).

Baca Juga: Pasar Obligasi Bakal Naik, Ini Strategi Manulife Aset Manajemen Maksimalkan Return

Guntur menyatakan Dapen BTN menilai SBN masih menjadi salah satu pilihan investasi ke depannya. 

Dia menambahkan jumlah SBN dipertahankan sebagai pemenuhan kewajiban sesuai POJK No.1/POJK.05/2016 dan POJK No.36/POJK.05/2016 dengan jumlah minimal 30% dari total investasi. Pemenuhan tersebut selain dari SBN juga dari obligasi atau sukuk yang diterbitkan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan anak perusahaan dari BUMN yang penggunaannya untuk pembiayaan infrastruktur. 

"Untuk investasi lain menjadi pertimbangan dengan catatan investasi yang likuid dan aman, seperti obligasi, sukuk, EBA. Diutamakan emiten perusahaan BUMN dan perusahaan korporasi dengan kinerja baik," katanya.

Guntur mengatakan dengan kondisi peserta aktif seluruhnya akan masuk usia pensiun, maka investasi yang likuid menjadi pertimbangan, sedangkan investasi yang kurang likuid seperti penyertaan langsung, tanah dan bangunan mulai dikurangi. 

Meksipun demikian, dia menerangkan untuk beberapa anak usaha Dapen BTN yang berkinerja baik dan memberikan sumbangan hasil investasi berupa dividen dikondisikan, belum dilakukan divestasi kecuali terdapat kebutuhan pemenuhan likuiditas dengan penawaran terbaik. 

Adapun target imbal hasil Dapen BTN tahun 2023 sebesar 8,68%, sedangkan pencapaian Juni 2023 sebesar 9,87%.

Di tengah tren bunga yang menurun, Guntur menganggap obligasi dan SBN masih menjadi pilihan di samping optimalisasi hasil dari investasi lain, seperti saham. Untuk investasi saham bursa, di samping dikelola sendiri, Dapen BTN juga telah menunjuk 2 manajer investasi untuk mengelola dana yang akan diinvestasikan dalam bentuk saham bursa, yaitu MMI dan MAMI.  

"Adapun kriteria pemilihan saham dibatasi dalam kelompok LQ45. Kinerja manajer investasi dievaluasi per 3 bulan dan dimonitor harian untuk transaksi yang dilakukan," ujar Guntur.

Baca Juga: Hasil Investigasi Empat Dapen BUMN Direncanakan Rampung September 2023

Merujuk data Statistik Dana Pensiun edisi Juni 2023, penempatan investasi dapen di SBN mencapai Rp 117,18 triliun pada akhir Juni 2023. Nilai itu sudah mencakup dana pensiun pemberi kerja program pensiun manfaat pasti (PPMP), program pensiun iuran pasti (PPIP), dan dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) PPIP.

Penempatan investasi di SBN meningkat 22,09% Year on Year (YoY), jika dibandingkan Juni 2022 yang hanya mencapai Rp 95,98 triliun. Alhasil, SBN di portofolio investasi dana pensiun mengambil porsi 33,83% terhadap total investasi semester I-2023.

Secara keseluruhan, OJK mencatat total investasi dana pensiun mencapai Rp 346,36 triliun pada akhir Juni 2023. Angka itu meningkat 7,04% YoY, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 323,58 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×