kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Hingga akhir tahun 2021, perbankan syariah optimis akan terus tumbuh positif


Rabu, 04 Agustus 2021 / 07:35 WIB
Hingga akhir tahun 2021, perbankan syariah optimis akan terus tumbuh positif

Reporter: Amanda Christabel | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang tengah berlaku hingga hari ini berimbas pada seluruh sektor, termasuk bisnis perbankan. Meski demikian, Bank Syariah Indonesia optimistis dan tidak merevisi rencana bisnis bank (RBB) tahun ini.

PT Bank Syariah Indonesia Tbk optimistis pertumbuhan pembiayaan dan dana pihak ketiga (DPK) pada semester dua 2021 masih akan melanjutkan tren positif sebagaimana yang terjadi pada semester sebelumnya.

Direktur Utama BSI, Hery Gunardi bilang bahwa sampai semester satu 2021, BSI telah menyalurkan pembiayaan hingga sebesar Rp 161,5 triliun. “Jumlah tersebut naik sekitar 11,73% dari periode yang sama pada 2020, yakni sebesar Rp 144,5 triliun,” ujar Hery kepada KONTAN, Senin (2/8) malam.

Hery menjelaskan, porsi terbesar dari angka tersebut disumbang dari segmen konsumer yang mencapai angka sebesar Rp 75 triliun, atau setara dengan 46,5% dari total pembiayaan. “Untuk mencapai target bisnis, dalam menyalurkan pembiayaan BSI fokus pada segmen konsumer yang berbasis payroll, melayani segmen wholesale dan mengembangkan UMKM,” tambahnya.

Strategi yang dilakukan BSI dalam mengerek minat masyarakat menyalurkan pembiayaan antara lain dari sisi margin pembiayaan yang kompetitif dan bersaing. Selain itu, Hery juga memaparkan terdapat beberapa pilihan margin yang diberikan dalam pembiayaan di BSI.

“Di antaranya angsuran bertingkat atau step up, maupun tetap atau single price di mana angsuran pembiayaan tetap selama masa pembiayaan. Dengan adanya pilihan ini, diharapkan nasabah dapat menyesuaikan besaran angsuran dengan cashflow keuangannya, sehingga merasa nyaman dan tidak memberatkan,” tutup Hery.

Baca Juga: BCA Syariah yakin laju pembiayaan pada semester II bisa lebih kencang

Selain itu, PT Bank BCA Syariah juga masih optimis pembiayaan kredit masih akan tumbuh di semester kedua 2021. “Sebetulnya kami lebih optimis daripada semester pertama 2021, sebelum kasus varian Delta Covid-19 meningkat signifikan. Sebelum ditetapkan PPKM, itu kami optimis sekali karena melihat indikator ekonomi Indonesia juga semua membaik. Semua kondisi membaik di triwulan kedua 2021. Sampai akhirnya kasus varian delta membuat pemerintah panik, dan memberlakukan PPKM darurat,” ujar Direktur BCA Syariah Rickyadi Widjadja kepada KONTAN, Senin (2/8).

Terkait dengan ditetapkannya PPKM, Ricky bilang ini berimbas pada ketidakpastian yang cukup tinggi khususnya di semester kedua 2021. “Karena PPKM yang kabarnya akan berakhir hari ini juga kita masih belum tahu betul, mungkin kelonggaran akan dilakukan secara bertahap. Karena jika melihat kasusnya, di DKI Jakarta memang turun tetapi di daerah lain ada yang masih mengalami kenaikan. Ini yang juga dikhawatirkan, karena di daerah-daerah itu mungkin fasilitas kesehatannya masih kurang,” tambahnya.

Sejauh ini BCA Syariah masih tetap memproyeksikan dapat mengejar ketertinggalan di triwulan keempat. Sampai Juni 2021, BCA Syariah masih tumbuh baik. “Semua indikator masih positif dan tumbuh di semester pertama 2021 secara year on year (yoy) dibandingkan Juni 2020. Bahkan dibandingkan dengan Desember 2020 pun kita masih lebih baik di Juni ini. Tapi triwulan ketiga saya agak pesimis, sekarang pun ini semakin sulit, juga kita khawatir restrukturisasi akan kembali berlanjut,” ujar Ricky.

Hal ini terutama pada kredit usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan kredit modal kerja (KMK), di mana mungkin saat ini penghasilan nasabah tengah berkurang lantaran kondisi PPKM yang membatasi mobilitas masyarakat.

“Pembiayaan kredit kita diproyeksi masih akan tumbuh, posisi di Juni 2021 sebenarnya ada Rp 5,9 triliun. Jadi, run off kita sekitar Rp 200 miliar hingga Rp 250 miliar sebulan. Proyeksi hingga akhir tahun kemungkinan mencapai Rp 6 triliun. Angka yang kita masukan untuk pembiayaan kredit hingga Desember 2021 ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga di angka sekitar Rp 6 triliun. Masih akan tumbuh sedikit, single digit,” urai Ricky.

Ricky menjelaskan bahwa BCA Syariah akan memfokuskan pada sektor-sektor potensial, dan melihat track record debitur exisiting yang sudah bagus maka akan diprioritaskan. “Selain itu, kita akan berusaha take over, tambah debitur baru beberapa dari bank lain juga. Dan yang tidak kalah penting adalah kita juga harus maintain debitur kita yang bagus, karena sekarang debitur yang tidak restrukturisasi itu jadi incaran semua bank,” jelas Ricky.

Saat ini BCA Syariah juga melihat potensi kredit dari sektor yang juga masih potensial seperti kesehatan, farmasi, perkebunan, makanan dan minuman, transportasi logistic, multifinance, dan rental mobil seperti truk.

“Kita akan mencoba tumbuh dengan berkualitas, semua porftofolio baik di komersial, UMKM, maupun di konsumer. Antara lain kita juga bersinergi dengan induk, yaitu dengan BCA. Untuk ke konsumer kami akan coba ikut di BCA Expo pada September 2021 untuk kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) yang dilaksanakan secara daring bekerjasama dengan developer dan dealers, tentunya dengan margin atau rate yang kompetitif,” tambah Ricky.

Untuk sektor komersial, Ricky menjelaskan bahwa pihaknya akan berusaha untuk terus menekan cost of fund (COF), di mana saat ini dana murah BCA Syariah masih ada di kisaran 30% dan sisanya masih berupa deposito. “Kita akan berusaha terus untuk menekan deposito supaya beralih ke CASA, supaya COF kita rendah agar kita bisa memberikan pembiayaan ke nasabah-nasabah tier satu juga,” ujarnya.

BCA Syariah juga tengah mengupayakan meningkatkan kredit UMKM untuk ke rasio di atas 20%, dan beberapa kreditur diarahkan ke Plasma Kebun. “Jadi kita salurkan ke koperasi, tapi ke plasmanya yaitu ke petaninya. Jika kerjasama dengan induk BCA mungkin akan diberikan ke intinya, seperti ke pemilik kebun atau pabrik. Di BCA Syariah akan mengarah ke petaninya. Juga kerjasama dengan beberapa debitur besar kita yang memiliki distributor, atau supplier financing termasuk toko-toko kecil itu juga akan kami tingkatkan,” tutup Ricky.

Unit Usaha Syariah CIMB Niaga Syariah pada Juni 2021 mencatatkan total aset mencapai Rp 47,96 triliun dengan pencapaian target sebesar 104,4% dan tumbuh sebesar 7,1% year to date (YTD) dari total aset Desember 2020. Di semester kedua 2021, CIMB Niaga Syariah menargetkan untuk meningkatkan total aset di atas target tahun 2021, yang telah ditetapkan pada periode sebelumnya.

“Total penyaluran pembiayaan pada semester I 2021 adalah sebesar Rp 33,1 triliun dan tumbuh sebesar 3,5% YTD. Penyaluran pembiayaan pada tahun 2021 difokuskan pada segmen konsumer dan UMKM, di mana untuk segmen konsumer yang mencakup lebih dari setengah dari total portofolio pembiayaan CIMB Niaga Syariah, didukung dengan pertumbuhan pada produk mortgage, auto, dan personal financing yang secara total tumbuh sebesar 20% YTD,” urai Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara kepada KONTAN, Senin (2/8).

Pandji menjelaskan, segmen UMKM juga tumbuh sebesar 14% YTD. “Untuk semester dua 2021, kami masih optimis untuk meningkatkan portofolio penyaluran pembiayaan CIMB Niaga Syariah dengan pencapaian 100% target pembiayaan tahun 2021, yaitu sebesar Rp 35,1 triliun atau tumbuh di kisaran 10% dibandingkan dengan total penyaluran pembiayaan di Desember 2020,” terang Pandji.

Sejak kuartal ketiga tahun 2020, CIMB Niaga Syariah sudah memulai untuk menyesuaikan fokus strategi pertumbuhan pembiayaan dan profitabilitasnya, dengan ikut mempertimbangkan dampak dari pandemi Covid-19 yang mulai mencuat dari kuartal pertama 2020.

“Sehingga target pertumbuhan aset serta pembiayaan pada tahun 2021 direncanakan dengan lebih prudent, dan berfokus pada penjagaan kualitas aset. Pertumbuhan pembiayaan dan profitabilitas ditargetkan tumbuh ke tingkat pembiayaan pada Rp 35,1 triliun dan laba sebelum pajak dengan jumlah Rp 1,3 triliun,” pungkasnya.

Pandji memaparkan strategi UUS CIMB Niaga Syariah untuk mendorong pertumbuhan tersebut adalah dengan meningkatkan portofolio dana murah dengan target CASA ratio 47% pada tahun 2021. Selain itu mengarahkan penyaluran pembiayaan ke segmen konsumer dan small medium enterprise (SME), mengembangkan ekosistem komunitas dan partner komunitas USS CIMB Niaga Syariah, dan mengembangkan produk-produk dengan kekhususan syariah.

Selanjutnya: CIMB Niaga Syariah yakin laju bisnis pada semester kedua bakal lebih kencang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×