kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hawa gerah, gelombang panas sedang terjadi di Indonesia? Ini kata BMKG


Selasa, 18 Mei 2021 / 23:45 WIB
Hawa gerah, gelombang panas sedang terjadi di Indonesia? Ini kata BMKG

Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beredar kabar di masyarakat tentang gelombang panas di Indonesia yang terjadi akhir-akhir ini. Benarkah? Begini penjelasan BMKG.

Menurut World Meteorological Organization (WMO), gelombang panas alias heatwave merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut.

Saat itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5° Celcius atau lebih. 

Fenomena gelombang panas biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi, seperti Eropa dan Amerika. 

Baca Juga: Cuaca hari ini di Jabodetabek cerah berawan, Jakarta Selatan dan Timur hujan ringan

Secara dinamika atmosfer, hal tersebut bisa terjadi karena ada udara panas yang terperangkap di suatu wilayah karena anomali dinamika atmosfer yang mengakibatkan aliran udara tidak bergerak dalam skala yang luas.

Misalnya, ada sistem tekanan tinggi dalam skala yang luas dan terjadi cukup lama.

"Secara geografis, wilayah Indonesia berada di sekitar wilayah ekuatorial, sehingga memiliki karakteristik dinamika atmosfer yang berbeda dengan wilayah lintang menengah-tinggi," kata Guswanto dalam siaran pers Selasa (18/5).

Ini yang terjadi di Indonesia

Selain itu, wilayah Indonesia juga memiliki variabilitas perubahan cuaca yang cepat. Dengan perbedaan karakteristik dinamika atmosfer tersebut, maka wilayah Indonesia tidak terjadi fenomena gelombang panas. 

Baca Juga: Cuaca hari ini di Jawa dan Bali: Yogyakarta berawan, Surabaya cerah berawan

Yang terjadi di wilayah Indonesia, Guswanto mengungkapkan, kondisi suhu panas harian yang umumnya lantaran cuaca cerah pada siang hari dan relatif lebih signifikan saat posisi semu matahari berada di sekitar ekuatorial. 

Pada pertengahan Mei, posisi semu matahari sudah berada di Belahan Bumi Utara (BBU), di sekitar 19° Lintang Utara. 

"Kondisi tersebut mengindikasikan, di wilayah Indonesia Selatan Ekuator akan menjelang periode angin timuran yang identik dengan musim kemarau," ujar dia.

Berdasarkan hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum pada 16 Mei 2021 berkisar 33-35,2° Celcius, dengan suhu maksimun 35,2° Celcius terjadi di Surabaya. 

Baca Juga: BNPB ingatkan kesiapsiagaan hadapi potensi gempa hingga tsunami Barat Daya Sumatera

Kondisi suhu maksimum dengan kisaran tersebut masih berada dalam kondisi normal, di mana perubahan suhu maksimum harian masih bisa terjadi dalam skala waktu harian bergantung kondisi cuaca atau tingkat perawanan di suatu wilayah.

Saat ini, Guswanto menambahkan, sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki awal musim kemarau, dengan tingkat perawanan akan cukup rendah pada siang hari.

"Sehingga, masyarakat diimbau tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas atau kondisi terik pada siang hari dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan diri, keluarga, serta lingkungan," imbuhnya.

Selanjutnya: Gempa bermagnitudo 7,2 di Nias tak berpotensi tsunami

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×