Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
"Itu rencana kami. Menurut kami, batubara dapat tetap naik pada kuartal pertama 2021 dan mungkin lebih lama. Kami mengharapkan pertumbuhan permintaan batubara di 2021 setelah melemah di 2020," ungkapnya ke Kontan.co.id, Minggu (27/12).
PT Indika Energy Tbk (INDY) juga melihat tren kenaikan harga batubara sebagai sentimen positif untuk tahun depan. Wakil Direktur Utama dan CEO INDY Azis Armand mengatakan bahwa tren kenaikan harga tak lepas dari pemulihan demand batubara baik secara global maupun domestik.
Apalagi sebagai energi primer, batubara pun masih dibutuhkan karena bauran yang masih dominan. "Dominasi (batubara) nanti akan ada penurunan, tapi tetap memiliki kontribusi yang besar sebagai energi mix," kata Azis saat paparan publik INDY, Kamis (17/12) lalu.
INDY pun menjaga tingkat produksi di level 30 juta ton. Pada tahun depan, INDY membidik produksi batubara hingga 31,4 juta ton. Produksi itu berasal dari dua anak usahanya, yakni PT Kideco Jaya Agung dan Multi Tambangjaya Utama (MUTU).
Direktur & Group Chief Financial Officer INDY Retina Rosabai membeberkan, berdasarkan persetujuan yang diberikan oleh Kementerian ESDM, rencana produksi batubara Kideco pada tahun depan sekitar 30 juta ton. Sedangkan untuk MUTU berada di angka 1,4 juta ton. "Untuk Kideco volumenya mungkin akan lebih kecil dibandingkan tahun ini, sesuai dengan approval yang didapatkan dari ESDM, yang mana itu bisa ditinjau kembali pada tahun depan," kata Retina.
Baca Juga: Ekspor batubara Indonesia terancam oleh kebijakan baru China
Sementara untuk tahun ini, produksi batubara Kideco hingga akhir 2020 diestimasikan bisa menyentuh 33 juta ton. Lebih tinggi dari rencana awal yang sekitar 29 juta ton. Sedangkan MUTU, proyeksi produksi hingga tutup tahun sebesar 1,2 juta ton -1,3 juta ton.
Mengutip pemberitaan Kontan.co.id, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) masih wait and see sambil tetap meneruskan strategi bisnisnya. Head of Corporate Communication ADRO Febriati Nadira menyampaikan, harga batubara sulit untuk diprediksi, sehingga pihaknya tetap mengedepankan keunggulan operasional untuk menjaga kinerja yang solid.
"Mengenai harga batu bara tidak bisa diprediksi. Yang dapat Adaro lakukan adalah terus menjalankan keunggulan operasional di seluruh mata rantai bisnis sehingga bisa menghasilkan kinerja operasional yang solid," terang Nadira.
Sedangkan Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Apollonius Andwie menilai, kenaikan harga menjadi sinyal positif bagi produsen batubara. Kata dia, kenaikan indeks harga merupakan hal yang dinantikan pelaku usaha sejak tren penurunan yang terjadi mulai April 2020.
Baca Juga: Penurunan volume dan harga bikin nilai ekspor batubara anjlok 25%
"Tentu harapan kami ini menjadi sentimen positif untuk rebound pasar, seiring dengan pemulihan ekonomi yg terjadi saat ini. Untuk tahun 2021 kami masih optimis indeks harga akan terus membaik," kata Andwie ke Kontan.co.id, Kamis (3/12).
Dari sisi tingkat produksi, pada tahun 2021, Pemerintah melalui Kementerian ESDM telah menetapkan rencana produksi batubara nasional sebesar 550 juta ton, masih sama seperti rencana di tahun ini.
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM Sujatmiko menyampaikan, penetapan target tersebut mempertimbangkan kapasitas produksi batubara dari perusahaan, serta pemulihan dari dampak pandemi covid-19 di dalam negeri maupun pasar ekspor.
"Rencana ini sama dengan tahun 2020 karena apa? Kami masih mempertimbangkan recovery akibat kondisi pandemi covid-19. Ini yang menjadi dasar kami untuk menetapkan rencana 2021," kata Sujatmiko.
Baca Juga: Ada corona, produksi batubara Indonesia hanya capai 510 juta ton hingga November
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News