kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga CPO yang membaik, mendongkrak pendapatan Sampoerna Agro (SGRO)


Rabu, 05 Mei 2021 / 09:45 WIB
Harga CPO yang membaik, mendongkrak pendapatan Sampoerna Agro (SGRO)

Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo .

Di sisi lain, SGRO juga mencatatkan peningkatan penjualan pada komoditas lain, seperti inti sawit. Dia berujar, inti sawit menyumbang sebesar 12% dari total pendapatan di Kuartal I tahun ini. "Nilai penjualannya juga melonjak dahsyat sebesar 72% yoy, dari RP 93 miliar di tahun 2020, menjadi Rp 161 miliar kuartal pertama tahun 2021," jelas Michael. 

Dikatakan Michael, meningkatnya harga rata-rata inti sawit sebesar 29%, menjadi penopang utama melejitnya penjualan komoditas tersebut di tiga bulan pertama tahun ini. Yang mana, saat ini produk substitusi dari inti sawit yaitu minyak kelapa sedang langka di pasaran, Kondisi tersebut membuat harga rata-rata inti sawit ikut melambung tinggi. 

"Terimbas dari produk substitusinya yang namanya minyak kelapa, itu lebih susah lagi dicari di pasar sekarang. Karena salah satu eksportir terbesar itu dari Philipina, dan Philipina itu ternjadi angin topan di bulan Oktober-November, sehingga banyak sekali tanaman kelapa mereka yang rusak dan tidak bisa produksi. Sehingga sangat-sangat terbatas melebihi dari minyak sawit," kata dia.  

Tak hanya itu, peningkatan penjualan SGRO juga dipicu oleh penjualan bibit unggul mereka dengan merek DP Sriwijaya. Dia bilang, penjualannya meningkat signifikan 165% yoy, dari semula Rp 15,6 miliar di Kuartal I 2020 menjadi Rp 41,4 miliar di kuartal pertama tahun ini. Hal itu membuat pangsa pasar SGRO masih menjadi kedua terbesar di Indonesia. 

"Kalau itu kita gali lebih dalam, harganya meningkat secara tahunan sebesar 7%, dari Rp 7,928 per biji menjadi Rp 8, 520 per biji. Volumenya juga meningkat 146%, dari sekitar 2 juta biji menjadi 4,8 juta biji," jelas Michael. 

 

Sejalan dengan meningkatnya penjualan dari berbagai komoditas, produksi tandan buah segar (TDS) SGRO pun turut melesat naik di Kuartal I tahun ini. Di mana, volumenya melonjak 35% yoy menjadi 496 ribu ton. Hal itu dipicu oleh dua fakor, yakni  kegiatan intensifikasi dan juga faktor cuaca yang mendukung. 

"Tahun ini faktor cuaca tidak bersahabatnya sudah tidak ada, maka dari itu, itu menjadi harapan manajemen bahwa produksi tahun ini akan baik untuk SGRO," terangnya. 

Torehan positif di Kuartal I 2021 ini tidak serta merta membuat SGRO Lengah. Michael menilai, dampak dari pandemi sebenarnya masih akan dirasakan oleh perseroan. Maka dari itu, SGRO berupaya untuk terus melakukan kontrol secara ketat agar kinerja operasionalnya bisa terus berjalan dengan maksimal hingga di penghujung tahun nanti. 

"Kami kontrol secara ketat supaya hasil kinerja operasional kami, yang sudah kita lakukan dari periode-periode sebelumnya, yang namanya usaha sawit kan long term ya, gak bisa contohnya kita bangun pabrik langsung seketika produksi kita meningkat. Itu semua berjalan secara progresif.  Kita upayakan supaya hasil operasional bisa maksimal dan optimal. Maka dari itu, protokol kesehatan itu sangat penting untuk kita terapkan," tutup Michael.  

Selanjutnya: Sampoerna Agro (SGRO) mampu pertahankan kinerja di tengah tantangan curah hujan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×