kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gencar diversifikasi usaha, Grup Djarum rajin akuisisi di tahun ini


Rabu, 22 September 2021 / 09:25 WIB
Gencar diversifikasi usaha, Grup Djarum rajin akuisisi di tahun ini

Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sepanjang tahun ini, Grup Djarum yang merupakan salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia, cukup rajin melakukan aksi korporasi.

Terbaru, entitas usaha Grup Djarum yakni PT Global Digital Niaga alias Blibli.com bersiap mengakuisisi saham PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC). Hal ini sebagai langkah untuk mempercepat perluasan ekosistem bisnis e-commerce yang dijalankan oleh Blibli.com.

Mengutip berita sebelumnya, Chief Executive Officer (CEO) & Co-Founder Blibli Kusumo Martanto bilang, rencana akuisisi tersebut sejalan dengan langkah Blibli menumbuhkan bisnis yang sudah solid dengan menjadi solusi bagi seluruh pemangku kepentingan yang ada di dalam ekosistem.

Blibli disebut telah menandatangani perjanjian untuk akuisisi 797,9 juta saham, setara 51% saham RANC. Blibli akan mengakuisisi saham RANC dari tangan sejumlah pemegang saham, yakni PT Wijaya Sumber Sejahtera dan Prima Rasa Inti lewat negosiasi langsung dengan para pemegang saham tersebut.

Baca Juga: Bisnis milik konglomerasi Astra, Sinar Mas, dan Salim kian besar di industri keuangan

Tak berhenti di situ, Djarum melalui Blibli juga sempat dikabarkan mengincar akuisisi saham mayoritas emiten distributor alat-alat elektronik, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA). Namun, pihak ERAA menepis rumor tersebut.

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Head of Legal & Corporate Secretary ERAA Amelia Allen menyebut, sampai saat ini perusahaan tidak mengetahui informasi apapun terkait dengan adanya rencana Grup Djarum untuk mengakuisisi perusahaan tersebut.

“Hal yang dapat kami sampaikan adalah fundamental bisnis perusahaan semakin kuat termasuk dalam masa pandemi saat ini,” tulis dia, Senin (20/9).

Ekspansi Grup Djarum juga berlangsung di sektor infrastruktur telekomunikasi. Salah satu anak usaha Grup Djarum, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) tak lama lagi merealisasikan akuisisi 90% saham PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR). Akuisisi tersebut dilakukan TOWR lewat anak usahanya, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo).

Wakil Direktur Utama TOWR Adam Gifari mengatakan, perusahaan melalui Protelindo sudah memenangkan tender untuk mengakuisisi saham SUPR.

“Proses akuisisinya sendiri sedang dalam proses,” imbuhnya ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (21/9).

Sebagai informasi, per 30 Juni 2021, TOWR memiliki 21.575 menara, sedangkan SUPR punya6.422 menara. Ketika akuisisi SUPR tuntas, maka TOWR berpotensi memiliki jumlah menara sekitar 28.000 menara.

 

Grup Djarum juga berekspansi di sektor media dan hiburan melalui platform video streaming Mola. Dikutip dari berita sebelumnya, Mirwan Suwarso, Perwakilan Resmi Mola menyebut bahwa per Agustus 2021 pertumbuhan jumlah pelanggan Mola di Indonesia mencapai 100% (yoy). Alhasil, saat ini Mola memiliki lebih dari 1 juta pelanggan berbayar.

Mola tak hanya ekspansi di dalam negeri, melainkan juga kawasan Asia Tenggara serta Inggris dan Italia. “Untuk ke depannya Indonesia lebih remote control saja, karena kami sedang fokus ke ekspansi di Singapura, Malaysia, Inggris, dan Italia,” ujar Mirwan, beberapa waktu lalu.

Asal tahu saja, Mola menyediakan paket berlangganan tayangan olahraga, film, serial, hingga pertunjukan musik. Saat ini, Mola memegang hak siar Liga Premier Inggris untuk kawasan Indonesia. Mola juga menyiarkan pertandingan Bundesliga Jerman, Eredivisie Belanda, dan beberapa kompetisi olahraga lainnya.

Direktur Avere Investama sekaligus Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat mengatakan, Grup Djarum pada dasarnya memiliki jejaring bisnis yang luas. Sejauh ini, kontributor terbesar pendapatan Djarum berasal dari bisnis rokok dan perbankan melalui PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

“Dividen yang didapat Djarum dari BCA cukup besar. Djarum juga tampil sebagai pemain besar di industri rokok,” ungkap dia, Selasa (21/9).

Namun, tantangan muncul dari kedua sektor tersebut. Misalnya, industri rokok tengah tertekan lantaran penurunan daya beli masyarakat di tengah pandemi dan efek kenaikan tarif cukai.

Baca Juga: Anak usaha Sarana Menara Nusantara (TOWR) mengubah perjanjian kredit dengan BCA

Di sisi lain, meski BCA masih tampil sebagai salah satu perbankan terbesar di Indonesia, harus diakui bahwa era ekspansi perbankan seperti pembukaan kantor cabang baru atau mesin ATM baru sudah mendekati akhir. Banyak pelaku industri perbankan mesti beradaptasi dan kini memilih ekspansi pembentukan bank digital.

Maka dari itu, Teguh menilai bahwa Grup Djarum mencoba mengalihkan surplus pendapatannya dari bisnis rokok dan perbankan untuk ekspansi ke berbagai sektor bisnis lain. Tak ayal, Grup Djarum cukup ekspansif sepanjang tahun ini.

Lantas, upaya Blibli yang bergerak di sektor e-commerce namun memilih untuk akuisisi perusahaan ritel konvensional macam RANC bukan tanpa alasan.

“Secara pangsa pasar, Blibli jelas masih kalah dibandingkan Tokopedia, Bukalapak, atau Shopee. Kalau fokus e-commerce saja pasti susah. Makanya mereka akuisisi perusahaan yang bukan e-commerce,” terang Teguh.

Adapun ekspansi Grup Djarum melalui TOWR yang akan mengakuisisi saham SUPR dinilai sebagai upaya konglomerasi tersebut untuk mengoptimalkan potensi bisnis internet yang kian berkembang di Indonesia. Terlebih lagi, persaingan di industri menara telekomunikasi cukup ketat di Indonesia.

Teguh menambahkan, bukan tidak mungkin ketika seluruh agenda ekspansi yang dilakukan Blibli dan TOWR terealisasi, maka ini akan membuka kesempatan bagi Grup Djarum untuk menambah sumber pendapatan baru di masa mendatang. Hanya memang, cuan yang bisa didapat dari sektor-sektor tersebut belum akan menggantikan kontribusi dari bisnis rokok dan perbankan.

Ekspansi yang dilakukan Grup Djarum pun merupakan hal yang wajar, sebagaimana yang dilakukan oleh grup-grup konglomerat Indonesia lainnya.

“Grup-grup besar lain sudah mulai ekspansi ke sektor teknologi digital atau di luar core business mereka. Sekarang giliran Djarum yang agresif,” pungkas Teguh.

Selanjutnya: Analis RHB Sekuritas rekomendasikan beli saham ERAA, ini alasannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×